Mohon tunggu...
Leksi  Salukh
Leksi Salukh Mohon Tunggu... Swasta -

Menulis untuk mencatat Fakta yang terjadi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sirih Pinang, Simbol Penghargaan di Timor Tengah Selatan

25 Juli 2017   12:45 Diperbarui: 25 Juli 2017   23:37 8451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suguhkan:Sirih-Pinang dengan Oko Mama dalam Acara Nikah di Nifu Nenobais, Kecamatan Amanuban Barat, Kabupaten Timor Tengah Selatan- NTT. (Dokumen Pribadi)

TRADISI Mamat (makan pinang) bagi orang Timor adalah sebuah warisan budaya sejak zaman nenek moyang. Tidak aneh, bila bertandang ke rumah orang Timor khususnya di Timur Barat, pasti disuguhkan sirih pinang yang tertata rapi di Oko Mama (tempat sirih pinang).

Selain disuguhkan saat menyambut tamu, aktivitas sirih pinang bisa ditemui di acara-acara resmi, baik acara suka cita dan duka cita. Tradisi sirih pinang, kapur dan tembakau (Manus, Pua'ah, Ao'oh, Sbot) biasanya disuguhkan dalam Oko Mama.

Tradisi ini merupakan sebuah penghargaan tuan rumah atau tuan acara kepada setiap orang yang datang. Tradisi makan sirih pinang juga sering terjadi pada saat warga bertemu di jalan. Tradisi ini biasanya dilakukan sebelum dan sesudah makan atau minum. 

"Dulu, ketika ada tamu datang ke rumah atau ada pertemuan, biasanya sirih pinang menjadi sajian pertama sebelum makan dan minum diberikan," kata Yusak Tunu, Tokoh Masyarakat Desa Bone, Kecamataan Amanuban Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan, beberapa waktu lalu di kediamannya.

Menurutnya, selain sirih pinang disuguhkan oleh tuan rumah kepada tamu, para tamu juga harus membalas dengan menyuguhkan barang apa saja yang dibawa kepada tuan rumah, "Biasanya ada tradisi saling tukar antara tamu dan tuan rumah," ujarnya.

Tradisi makan sirih pinang tidak membatasi umur warga yang mengkonsumsi. Sehingga ada orang tua yang sudah biasakan anaknya untuk makan sirih pinang sejak kecil. Dalam perkembangan pertumbuhaan anak, tradisi makan sirih pinang tetap dipegang.

Anak-anak sekolah, karena sudah terbiasa makan sirih pinang sejak kecil, sebelum berangkat sekolah selalu mengonsumi terlebih dahulu baru berangkat, begitu pula setelah kembali dari sekolah harus konsumsi sirih pinang. Saat ini, kebiasaan makan sirih pinang sebelum makan atau minum saat bertamu di rumah orang mulai terkikis, khususnya di wilaya perkotaan. Beruntung, tradisi ini di pedalaman masih tetap dipertahankan. 

Yusak yang juga mantan Kepala Desa Bone lima periode mengatakan, tradisi makan sirih pinang adalah warisan dari leluhur sejak dulu kala. Sehingga sampai saat ini tetap dipegang dan menjadi sebuah tradisi yang sulit dihilangkan, meskipun diakui sampai saat ini mulaiberkurang.

"Sirih Pinang yang disuguhkan oleh tuan rumah atau tuan acara merupakan simbol penghargaan," katanya. Kebiasaan makan sirih pinang membuat orang Timor (Atoin Meto) memiliki tas kecil (Alu Mama) yang fungsinya untuk menyimpan sirih pinang. 

Alu Mama itu, biasanya dibawa ke mana saja dan dalam Alu Mama tersedia tempat Kapur, (Kalat) tempat tembakau ( Ti'i ba) yang terbuat dari potongan bambu kecil yang sudah diukir. Ada juga yang dibuat dari logam putih, khusus bagi orang yang mampu secara ekonomi. Disedikan tempat itu dengan tujuan untuk memilah kapur dan tembakau agar tidak tercampur dengan sirih maupun pinang. 

Tradisi sirih pinang dipakai juga saat acara adat seperti peminangan, pernikahan, kematian, kelahiran dan acara lainnya. Tradisi makan sirih pinang ini, bukan saja di Pulau Timor, tapi di sebagian Nusantara, tradisi makan sirih pinang ini berlaku sama. 

Contohnya, masyarakat adat Melayu menjadikan sirih pinang menjadi suatu simbol adat Melayu, dilihat dari tradisi lisan Melayu berupa sastra. Sirih dipakai sebagai pembuka pintu rumah. "Pada acara adat di sebagian besar wilayah Indonesia, seperti upacara pernikahan, kelahiran, kematian, siri pinang dipakai," katanya. 

Dikisahkan, kebiasaan sirih pinang mulai bergesar di atas tahun 90-an, yakni ketika tamu datang dan tuan rumah sementara makan, langsung dipersilakan untuk makan. Di bawah tahun 1990-an biasa tamu datang ke rumah meskipun tuan rumah sementara makan, tidak akan langsung dipersilahkan untuk makan tapi masih disuguhkan sirih pinang terlebih dahulu, dan selanjutnya baru di persiapkan makanaan berupa jagung atau nasi baru di persilahkan makan," tuturnya.

Kendati makanan dan minuman lebih penting, tapi sirih pinang, sebuah warisan leluhur harus tetap pegang teguh untuk mengikat tali silaturahmi, relasi dan wujud penghormatan kepada sesama.

Sirih pinang sudah semakin tergeser, namun tradisi makan sirih pinang banyak memberi manfaat bagi Atoin meto. Kalau kota besar menemukan teman melalui mengkonsumsi rokok atau minuman keras, tetapi khusus Atoin Meto, melalui makan siri pinang bisa menemukan saudara dengan menikmati sirih pinang bersama.

Sirih pinang diakuinya tidak bisa dipisahkan dari Atoin Meto, Sirih pinang tidak bisa terlepas, karena ketika bangun pagi seusai menggaruk lidah biasa mengkonsumsi sirih pirang sambil menunggu sarapan pagi disiapkan.

Tak hanya itu saja dalam acara-acara Natoni Adat atau Sapaan Adat mengunakan sirih pinang untuk menyampaikan maksud dan tujuan. "Undangan nikah atau undangan acara bagi orang Timor tidak menggunakan undangan tertulis, tetapi mengunakan undangan sirih pinang. Undangan sirih pinang tersebut disampaikan dua minggu sebelum kegiatan," ucapnya.

Yusak menambahkan bagi tamu dari luar Timor yang belum terbiasa makan sirih pinang menjadi satu tantangan tersendiri yakni dia harus ikut makan sirih pinang meskipun saat makan nantinya mabuk dengan muka merah, kepala pening, karena campuran siri pinang dan kapur harus merata dan seimbang. "Ukuran sirih pinang dan kapur harus merata, karena jika salah satu kurang maka tidak akan sempurna," katanya. 

Dia menjelaskan proses pengambilan siri dan pinang biasanya oleh anak laki-laki yang mahir memanjat pohon. Proses pengambil pinang khususnya tidak seperti baisanya memetik kelapa, sehingga buahnya di buang dari atas pohon. "Biasanya setelah mengambil pinang dipegang dan turun dengan perlahan sampai di tanah," katanya.

Sementara untuk menghasilkan kapur kebiasaan orang Timor yakni memilih batu yang memiliki ciri khas tersendiri untuk dibakar dengan mengunakan kotoran sapi yang sudah kering sampai batu tersebut bisa hangus dan saat disiram mengunakan air terbelah sendiri dan menjadi bubuk.

Sementara untuk tembakau ada pula warga yang langsung mengunakan daun tembakau yang mentah, adapula yang mengiris daun tembakau dan selanjutnya di keringkan baru di konsumsi dengan sirih pinang. Khusus tembakau tidak semua yang makan sirih pinang bisa mengunakannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun