Mohon tunggu...
Mas De Sakunab
Mas De Sakunab Mohon Tunggu... Wiraswasta - Palate!

Penulis lepas. Tinggal di sekitar yang ada. Keseharian setia menikmati perilaku sosial, budaya dan diplomasi. Cenderung mengagumi ketimbang memiliki. Kini sedang dalam proses mencari dan menjadi yang terbaik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dari Balik Jeruji Pagar

25 Agustus 2020   23:39 Diperbarui: 25 Agustus 2020   23:43 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari balik jeruji pagar, saya duduk menikmati kendaraan yang lalu lalang. Dari sekian banyak yang lewat, selalu saja ada yang bikin gatal kepala. Bersamaan itu pula, teman-teman nyamuk mulai keluar dari persembunyian mencari darah yang paling manis. Bukannya sombong juga, tapi saya juga jadi salah satu sasaran empuk teman-teman itu. Mereka cukup setia datang menghampiri.

Ditemani lagu-lagu bang Iwan Fals, saat-saat semacam ini adalah kepuasan santuy yang paling hakiki. Meski sejenak kepala saya gatal dengan anggota keluarga yang mulai tak akur. Kepala saya gatal oleh keponakan yang sudah mulai nakal. Kepala gatal sebab kekasih yang kabur dalam berkabar. Dan gatal-gatal lain yang susah dihalamankan tapi bikin rasa kabur.

Dari balik jeruji pagar, kepulan asap rokok tetangga menyusup masuk ke hidung. Perlahan mulai sepi. Beberapa orang yang lewat menegur saya. Hendak memberi kode kalau mereka menghargai anak kompleks sekitar. Padahal saya belum genap sebulan di tempat ini. Saya pun mengiyakan saja, bergaya bak sesepuh kompleks yang suka nongkrong di pos saat warga mulai lelap bersama kasurnya.

Aroma gelap makin nakal menjulur menyita mata. Saya tak rela bangun dari kedudukan yang nyaman ini. Saya menyesal kalau telah membuat janji yang tak sampai. Janji kepada yang tak bertuan. Ibarat angin malam yang tak tahu kemana perginya dan menagih ketika sudah sepoi-sepoi.

Waktu sehari yang nyaris habis. Saya sempatkan membaca pesan WA. Ada yang menanyakan kabar. Ada yang iseng menyebarkan berita manuver dari kampung. Dan pesan-pesan biasa yang selalu menarik perhatian.

Dari balik jeruji pagar. Tanggal sedikit lagi berganti. Lampu rice cooker telah berpindah, pertanda nasi sudah matang. Kesendirian berangsur pulih menyambut warga yang akan memenuhi 'kampung tengah'. Kecewa boleh saja, asal tetap makan. Supaya bisa kuat hadapi segala yang belum sampai.

Waktu ini sedang berjalan. Saya terbawa dalam putaran. Ditendang lalu dirangkul. Diasingkan lalu kembali disatukan. Begitulah adanya.

Sejauh ini, utuhkanlah rasa ini dan sehatkan selalu kepala yang suka gatal!

bersambung....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun