Mohon tunggu...
Lefi Kembuan
Lefi Kembuan Mohon Tunggu... -

... hanya sesesorang yang menulis sekedarnya setelah melihat sesuatu dan mendapat pemikiran atas sesuatu itu ...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kaki Dilarang Naik ke Atas ...

6 Desember 2011   23:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:44 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selasa, 6 Desember 2011, pukul 9 malam, saya berada di dalam bis Damri yang mengantar saya dari Lampung ke Bekasi.

Tempat duduk saya persis di belakang supir Damri. Ada rangkaian pipa stainless steel yang membatasi tempat duduk saya dengan tempat duduk supir. Ada kaca yang menyambung pipa satu dengan yang lain.

Yang menarik perhatian saya adalah tulisan di kaca itu; 'KAKI DI LARANG NAIK KE ATAS'. Sebuah perintah yang tidak ditulis dengan bahasa Indonesia yang baik. Seharusnya bukan DI LARANG, melainkan DILARANG.

Namun yang menjadi perhatian bukan benar atau tidaknya tulisan itu.

Saya langsung berpikir, bahwa tulisan itu, yang dibuat seadanya, bahkan ada sedikit kesalahan yang kemudian diperbaiki, pasti ditempel karena supir Damri itu sudah kesal.

Pasti ada beberapa penumpang yang duduk di kursi 3 atau 4 yang lebih nyaman duduk, jika mereka mengangkat kakinya ke batangan besi di depan mereka. Tindakan itu membuat supir merasa tidak nyaman.

Mengangkat kaki memang membuat yang punya kaki bisa duduk lebih nyaman. Namun, siapa yang mau kepalanya disodori telapak kaki, apa lagi kalau kakinya bau. Bwah!

Larangan tersebut juga dapat dijumpai ketika kita menonton film di bioskop mana pun. Memang tidak enak menikmati adegan seru, tiba-tiba ekor mata kita menangkap bayangan-bayangan berbentuk bulatan-bulatan di atas sandaran kursi kita. Setelah dilihat, ternyata bulatan-bulatan jari kaki.

Tulisan itu membuat saya merenung, alangkah sulitnya mengajar kesopanan. Tulisan itu bisa jadi dimuat karena supir bis sudah sering mendapat perlakuan tidak enak yang sangat tidak sopan itu.

Apakah hal ini menggambarkan kesadaran etika bangsa Indonesia yang masih kurang? Mungkin terlalu berlebihan. Namun bangsa ini memang perlu diajarkan sikap menghargai dengan lebih baik. Menghargai sesama manusia, menghargai setiap hak dan kewajiban, menghargai setiap perbedaan yang ada ...

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun