Mohon tunggu...
Kang Chons
Kang Chons Mohon Tunggu... Penulis - Seorang perencana dan penulis

Seorang Perencana, Penulis lepas, Pemerhati masalah lingkungan hidup, sosial - budaya, dan Sumber Daya Alam

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Lingkungan Hidup dan Pandemi Covid-19

5 Juni 2020   18:23 Diperbarui: 5 Juni 2020   18:23 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari ini, 5 Juni adalah momen penting untuk kembali merefleksi atas segala pandangan dan sikap kita terhadap lingkungan hidup. Sebagai seorang yang memiliki backgraound lingkungan hidup, suara suara menuntut keadilan bagi terciptanya keseimbangan lingkungan, sudah sering saya suarakan baik di media maupun di ruang publik.

Saya merasa begitu gelisah. Ada kekhawatiran yang memuncak saat lingkungan dan sumber daya jadi objek eksploitasi tak terkendali kekuatan kapital. Beberapa bulan lalu saya telah mengupas ini lewat artikel saya " kapitalisme dan nasib bumi".

Sejak negara negara di dunia lewat deklarasi Stockholm 1972 menyepakati konsepsi sustainable development atas kesadaran bersama pentingnya melestarikan bumi sebagai "our common future", pasa faktanya prinsip dasar sustainable development itu pada implementasinya masih jauh menyimpang.

Kesadaran bersama yang sempat dibangun atas realita degradasi sumber daya alam dan lingkungan saat ini kembali pudar akibat tuntutan ekonomi. Memang betul, sifat manusiawi yang buruk dan paling dominan adalah rasa yang tak pernah puas.

Antroposentrisme nyata telah memenjarakan kesadaran itu menjadi kesimbongan yang tercermin dari mulai dominannya kapitalisme atas penguasaan sumber daya alam dan lingkungan.

Padangan dan sikap biosentrisme justru dianggap sebagai sesuatu yang menghambat pembangunan. Local wisdom juga diposisikan sebagai sikap yang tak sesuai jaman. Maka tak heran nilai nila moralnya kian luntur, bahkan rasanya Pemerintah acuh dengan lunturnya prinsip dasar ini.

Pandemi Mengembalikan Keseimbangan
Dalam konteks lingkungan hidup, ada sisi positif yang mesti kita ambil hikmahnya. Dari aspek spiritualitas, Tuhan berusaha menyentuh hati manusia untuk melakukan instropeksi terhadap pandangan dan sikap kita sejauhmana harmonisasi hubungan manusia dengan alam.

Saya adalah orang yang percaya dengan hal ini, bahwa Tuhan memang tengah memperlihatkan tanda alam.

Pandemi Covid-19 telah memicu negara negara di belahan dunia membatasi bahkan menghentikan segala aktivitas ekonomi melalui kebijakan lockdown.

Kebijakan lockdown telah menyebabkan ekonomi lumpuh akibat deindustrialisasi, mobilisasi publik termasuk kendaraan turun drastis, investasi dan eksploitasi sumber daya sempat terhenti sejak kebijakan ini berlaku.

Terjadi perubahan tatanan yang demikian signifikan, transformasi yang awalnya manusia sebagai subjek pengendali, dipaksa untuk tak berbuat apa apa dengan membatasi atau menghentikan aktivitasnya. Intinya kita dipaksa untuk hanya melihat fenomena alam ini.  Memperbanyak dzikir sebagai upaya mengingat kuasa Tuhan.

Terhentinya segala aktivitas ekonomi terutama industri dan mobilisasi publik, pada faktanya telah memberikan efek positif terhadap kualitas lingkungan hidup. Sejak hampir 5 bulan kebijakan PSBB, langit Jakarta dan kota kota besar untuk pertama kalinya terlihat biru tak lagi suram kehitaman, dan udara yang terasa lebih segar. 

Bahkan konon para ahli melakukan riset, kesimpulannya diatmosfer lapisan ozon kembali menutup setelah sebelumnya bocor kian parah. Artinya terjadi penurunan emisi karbon yang sangat signifikan.

Industrialisasi, mobilisasi kendaraan yang diperparah dengan kemacetan kronis menjadi penyebab dominan peningkatan emisi akibat penggunaan bahan bakar fosil. Pada saat semuanya terhenti, maka lingkungan mendapat kesempatan untuk recovery.

Pun halnya dengan ekosistem dan sumber daya hayati terutama di laut juga mengalami recovery akibat berkurangnya aktivitas eksploitatif yang cenderung destructive.

Dari semua realitas di atas, kita semua bisa ambil hikmah besar yakni pada faktanya penyebab kerusakan ekosistem bumi adalah akibat sikap dominasi manusia yang menuruti keserakahan. Lingkungan yang sudah sedemikian terdegradasi sebenarnya akan kembali menemukan keseimbangan, selama manusia memiliki pandangan dan sikap biosentrisme.

Tuhan telah mengetuk hati kita lewat pandemi Covid-19 untuk selalu menjaga hubungan baik dengan Tuhan, alam dan semua makhluk.

Era new normal semoga tidak membawa ketidaknormalan pada lingkungan hidup. Kemudahan investasi tidak harus dimaknai dengan memberikan perijinan yang tidak terkontrol apalagi menyangkut pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan, menerapkan eko-efisiensi dalam proses produksi, dan mendorong efisiensi dalam penggunaan energi.

Dalam konteks lingkungan hidup, saya justru mengajak pada era old normal dimana nilai nilai kearifan lokal kembali tercermin dalam sikap kita memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan.

Penulis : Pemerhati Lingkungan Hidup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun