Terhentinya segala aktivitas ekonomi terutama industri dan mobilisasi publik, pada faktanya telah memberikan efek positif terhadap kualitas lingkungan hidup. Sejak hampir 5 bulan kebijakan PSBB, langit Jakarta dan kota kota besar untuk pertama kalinya terlihat biru tak lagi suram kehitaman, dan udara yang terasa lebih segar.Â
Bahkan konon para ahli melakukan riset, kesimpulannya diatmosfer lapisan ozon kembali menutup setelah sebelumnya bocor kian parah. Artinya terjadi penurunan emisi karbon yang sangat signifikan.
Industrialisasi, mobilisasi kendaraan yang diperparah dengan kemacetan kronis menjadi penyebab dominan peningkatan emisi akibat penggunaan bahan bakar fosil. Pada saat semuanya terhenti, maka lingkungan mendapat kesempatan untuk recovery.
Pun halnya dengan ekosistem dan sumber daya hayati terutama di laut juga mengalami recovery akibat berkurangnya aktivitas eksploitatif yang cenderung destructive.
Dari semua realitas di atas, kita semua bisa ambil hikmah besar yakni pada faktanya penyebab kerusakan ekosistem bumi adalah akibat sikap dominasi manusia yang menuruti keserakahan. Lingkungan yang sudah sedemikian terdegradasi sebenarnya akan kembali menemukan keseimbangan, selama manusia memiliki pandangan dan sikap biosentrisme.
Tuhan telah mengetuk hati kita lewat pandemi Covid-19 untuk selalu menjaga hubungan baik dengan Tuhan, alam dan semua makhluk.
Era new normal semoga tidak membawa ketidaknormalan pada lingkungan hidup. Kemudahan investasi tidak harus dimaknai dengan memberikan perijinan yang tidak terkontrol apalagi menyangkut pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan, menerapkan eko-efisiensi dalam proses produksi, dan mendorong efisiensi dalam penggunaan energi.
Dalam konteks lingkungan hidup, saya justru mengajak pada era old normal dimana nilai nilai kearifan lokal kembali tercermin dalam sikap kita memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan.
Penulis : Pemerhati Lingkungan Hidup