Mohon tunggu...
Dom Asteria
Dom Asteria Mohon Tunggu... Jurnalis - Energy Journalist

Sapere Aude

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cukup 3 Langkah Konstruktif Mengatasi Kemarahan

17 Juli 2021   17:24 Diperbarui: 22 Maret 2022   19:43 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kemarahan by RobinHiggins. Sumber: https://pixabay.com/

Ia menyangkal diri, menahan, mengatakan tidak marah padahal sebenarnya marah. Ia takut kehilangan orang sekitar atau dituduh pemarah. Akibatnya, ia sendiri menahan sesak dada karena amarahnya yang ditumpuk dan dipendam. Mungkin ya, ini sering dianut oleh kaum Hawa yang memilih bertahan daripada melepas. Suatu saat ini bisa meledak!

Pembocor juga menganggap marah itu sesuatu yang buruk bahkan teramat buruk. Pembocor tidak meluapkan amarahnya, ia menahan amarah dan mengatakan tidak pada tindakan marah. Tetapi kalau ada kesempatan, ia akan membalas amarahnya itu dengan mengkritik atau menyinggung orang yang membuatnya marah. 

Pernah kan bertemu teman dengan tipe ini? Ungkit teros, ungkit teros, haha. Ketika pembocor menemukan lawanya itu salah, ia akan mencentil dan membuat orang itu jengkel. Untuk aku, teman tipe ini adalah orang yang cerdas karena dia punya berbagai cara dalam menyinggung.

Penyebab Kemarahan

Sesungguhnya, kemarahan bukanlah perasaan pertama yang datang, walaupun kesannya menjadi perasaan pertama yang muncul ke permukaan. Dikatakan, kapan pun kemarahan terkuak, emosi lain sudah ada sebelumnya.

Kemarahan ini merupakan respon sekunder yang memberitahu kita bahwa ada sesuatu yang hilang, salah atau tidak nyaman dan butuh diperiksa, diperbaiki atau diganti. Kemarahan itu seperti lampu merah yang menyala di dashboard mobil. Kegagalan kita adalah kita cenderung melihat lampu sebagai masalah, bukan melihat yang ditandakan lampu itu. Bahkan jika kita membongkar dashbor-nya dan mengganti bola lampu itu, masalah tetap ada. Lampu merah masih menyala. Mengapa? Ada yang salah dengan mobilnya, bukan dengan lampunya.

Ada banyak emosi yang mungkin kita temukan di balik kemarahan, seperti sakit hati, rasa bersalah, tanpa kuasa, pengkhianatan, rasa tidak aman, penolakan, harapan dan mimpi yang sirna, merasa dijebak, keputusasaan, ketidakberdayaan, harapan-harapan yang tidak terpenuhi, kebencian, iri, cemburu, kesombongan, rendah diri, kegagalan, perasaan tidak berharga, kesendirian, depresi, kekhawatiran, kegelisahan, tertekan, stres, kekecewaan, penyesalan, kelelahan, lelah, duka. Untuk menyelesaikan masalah kemarahan kita perlu mengenali alasan pokoknya.

Kemarahan itu seperti pucuk gunung es. Kemarahan kerap menjadi hal yang tampak oleh mata, tetapi tidak menunjukkan keseluruhan masalah yang sebenarnya. Jauh di bawah terdapat emosi-emosi primer yang mendorong kemarahan mencuat ke permukaan. Kemarahan adalah sinyal sekunder yang memberi tahu bahwa ada sesuatu yang salah di bawah. Kita perlu menyiangi kemarahan itu. Menyiangi kemarahan itu ibarat menyiangi rumput liar. Cara terbaik untuk menyiangi rumput liar adalah menggali dan mencabut semua bagian rumput liar itu sampai ke akar-akarnya. Demikian juga kemarahan harus kita tuntaskan sampai ke akarnya.

Kemarahan bisa muncul karena luka akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi. Kita membutuhkan banyak hal dalam hidup, entah kebutuhan besar atau kecil. Misalnya, kita membutuhkan makanan ketika lapar. Ternyata makanan tidak ada. Akibatnya, kita marah-marah. Untuk mengatasi kemarahan seperti itu ada dua hal penting. Kita harus mampu mengenali apa saja kebutuhan kita dan kita harus mampu mengkomunikasikannya secara efektif dengan cara yang tidak mengancam dan jelas.

Kemarahan juga muncul karena frustasi akibat harapan yang tidak terpenuhi. Setiap orang memiliki harapan. Entah itu terucap atau tertulis, dinyatakan secara jelas atau dipahami secara samar. Saat kita berharap sesuatu dan kenyataannya tidak demikian, kita frustasi. Saat aku berharap berjodoh dengan seseorang, ternyata dia memilih yang punya Honda Jazz daripada Honda Beat, aku frustasi. 

Frustasi juga dapat muncul dari sebuah peristiwa, jalanan macet, antrian panjang, dlsb. Merasa frustasi kerap berujung pada kemarahan, tidak peduli apakah hal yang merintangi jalan kita itu nyata atau bayangan kita saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun