Mohon tunggu...
Darwis Kadir
Darwis Kadir Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya ingin bercerita tentang sebuah kisah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mendung Menggelayut di Ambang Senja

15 Maret 2018   19:45 Diperbarui: 15 Maret 2018   19:56 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: finaobay.wordpress.com


Sore yang mendung ini ingin kulantunkan sebuah dendang-dendang klasik berbahasa ibu. Dendang yang pernah akrab. Jauh di masa silam kelong-kelong dan syair itu amat syahdu di ucapkan sang nenek. Aku pun terlena dan tertidur lelap diiringi dengan pijatan lembut di kepala.

Nenek... di sore mendung ini aku berfantasi mengenalmu kembali. Menghadirkan sosok engkau dalam kedewasaanku di masa kontemporer ini. Kisah-kisah klasik bercirikan etnik Ogi terpatri jauh di relung hati.

Masih kuingat nek,berbagai ilmu pengobatan dan kedigdayaan kau wariskan. Setengah percaya pun aku patuh menuliskan bait-bait "sakti " itu. Tersimpan lusuh ketika hanya terselip dalam dompet. Kepercayaanku tak mampu menyamai pencipta mantra-mantra ini sampai kemudian aku pada sebuah keputusan. Bertahun-tahun aku penganut berbagai "ilmu". Ketika pada puncak kesadaran kosmis semua itu luruh dan menghilang jadi abu. Nek...maaf aku tak mewariskan "pengetahuan moyang kita" pada semua cicitmu.

Nek... bagaimana aku menjadi penjelajah kampung kerabat kita di Bujung awo dan Lappa bila sana.Berjalan kaki puluhan kilo dari jalan raya poros. Memanggul tas pakaian untuk bermalam sampai 3 malam. Apatah lagi ketika ada perhelatan nikah. Pasti nenekku akan dikerubungi oleh kerabat,ceritanya pun mengalir dan saling melengkapi cerita-cerita dan mitos bugis dan walli pitue.Pada akhirnya aku pun mendamparkan sebagian cerita-cerita itu sebagai dongeng pengantar tidur.

Disini,mendung masih menggelajut menjelang petang. Aku masih terkenang denganmu,masakan ikan gabusnya hasil tangkapan buyut di sawah dan sungai.Sayur umbi hitam yang dicampurkan pada nasi menyerupai kuah masakan cumi-cumi.

Nek...seandainya kau masih hadir di kekinian mungkin kita larut dalam cerita dan mungkin perdebatan kecil menyamakan sudut pandang. Dan mungkin "segala ilmu pamungkasmu" akan berpindah tangan.

Sekali lagi mendung menjelang petang...aku rindu kamu nek..!

Tenanglah disana,cucumu ini telah melaksanakan cita-citamu tentang kabar dan keinginanmu tawaf di kota suci umat muslim. Kuniatkan namamu dalam lindungan Ka'bah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun