Mohon tunggu...
Laura
Laura Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Travelling, Kuliner dan Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menghapus Dosa

16 Mei 2023   14:32 Diperbarui: 16 Mei 2023   14:40 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto https://www.wallpaperbetter.com/id/hd-wallpaper-zmqbu

Pada suatu hari, hiduplah seorang ibu dengan anaknya. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. 

Malam harinya sebelum tidur, sang ibu pamit kepada anaknya. Mulai besok dia akan bekerja dan akan meninggalkannya sendirian di rumah dalam jangka waktu lama. Sang ibu akan bekerja di Pabrik yang lokasinya di dalam hutan dan tidak memungkinkan membawa anak. Tidak lama kemudian, mereka pun tertidur. 

Keesok harinya, si ibu pun pergi tanpa pamit. Dia melihat anaknya masih tertidur pulas, tidak tega untuk membangunkannya. Dan ketika anaknya terbangun, dia tidak menemukan ibunya. Dia memanggil sang ibu, tapi tidak ada sautan suara ibunya.

Si anak lupa bahwa ibunya mulai hari ini sudah bekerja di Pabrik yang ada di dalam hutan. Dia  terus mencari ibunya di sekitar rumahnya, tapi tidak tetap menemukannya. Dan dia pun teringat, ibunya bekerja di dalam hutan.

Beberapa hari kemudian, si anak memutuskan menyusul sang ibu ke tempat kerjanya karena rindu. Dia memberanikan diri memasuki hutan yang lebat dan banyak binatang buasnya.

Beberapa jam setelah berjalan, sang anak tiba-tiba dihampiri seekor singa. Dia ketakutan dan ketika ingin berlari, singa tersebut berkata "Apa kamu melihat ada seorang perempuan lewat. Dia telah membunuh anak-anakku".   

Si anak menggelengkan kepalanya sambil berucap "Siapa perempuan yang telah membunuh anak-anakmu ?".

Singa tersebut menjawab "Ibumu lah yang telah membunuh dan memakan anak-anakku".

Si anak terkejut, bagaimana bisa ibunya membunuh hewan buas. Bukankah ibunya bekerja di pabrik, lalu bagaimana kapan sang ibu membunuh hewan buas tersebut.

"Tidak mungkin, ibuku bekerja di pabrik. Dia bukan pembunuh".

"Ibumu telah membohongimu, dia tidak bekerja di pabrik. Dia masuk hutan untuk membunuh hewan-hewan yang ada disini. Hewan yang dibunuh ibu, untuk memberimu makan. Masalahnya, ibumu membunuh tanpa melihat apakah hewan yang dibunuhnya sedang mengandung atau tidak" Ucap singa itu. 

"Tidak mungkin, ibuku bukan pembunuh", Teriak anak itu. 

Singa tersebut mengarahkan wajahnya ke seekor rusa yang mati dalam keadaan hamil. Rusa tersebut di tembak ibunya. Sebening air keluar dari pelupuk mata si anak. 

"Lalu dimana ibuku" Tanyanya. 

"Ibumu telah saya bunuh dan tubuhnya sudah dimakan, sebagaimana dia lakukan selama ini", Jawab singa. 

Si anak pun tersenyum sinis sambil berucap "Kau pun telah berdosa".

"Berdosa ? Apa maksudmua" Tanya singa heran.

"Karena kamu telah membunuh ibu yang merawat anaknya. Ibuku merawatku sejak lahir. Bukankah ibuku berburu dan membunuh hewan-hewan tersebut untuk memberiku makan, agar aku tetap hidup. Jadi manalah dosa ibuku, dia membunuh untuk memberiku makan. Dia membunuh bukan untuk kepentingannya pribadi, dia membunuh karena takut aku mati kelaparan", Ujar si anak sambil meneteskan air mata. Tiba-tiba si anak merasa pusing.

"Kamu belum makan" Tanya singa. 

Si anak menganggukan kepalanya,"Sudah 2 hari aku tidak makan, tidak tahu apa saja yang bisa dimakan disini".

Lalu singa mendekati anak tersebut, "Makanlah aku, kamu sedang lapar. Bunuhlah aku, jadikan aku santapanmu. Semoga besok, kamu sudah bertemu ibumu".

"Tidak ... Aku tidak akan memakanmu. Aku tidak mau berdosa. Kamu saja yang memakan aku sebagai ganti ibuku yang telah membunuh hewan-hewan yang ada disini. Anggap saja aku menanggung dosa-dosa yang sudah ibuku perbuat". Dan si anak memilih membaringkan tubuhnya di tanah sambil ditekuk kedua kakinya, menahan perutnya yang sakit karena lapar.

"Aku pun tidak memakanmu" Jawab singa.

Si anak heran, menatap wajah singa.

"Karena aku adalah ibumu, aku merubah diriku untuk mengetes sejauh mana kasih sayangmu kepadaku".

Si anak hanya terdiam, seketika itu rasa sakitnya pun hilang. Dia bangkit dan memeluk singa tersebut. Akhirnya dia menemukan ibunya yang beberapa hari ini dicarinya. Singa pun berubah kembali menjadi sosok ibu. Seketika, si anak pingsan kembali.

Tak lama kemudian, muncul seekor singa dari semak-semak pepohonan. Singa itu pun menghampiri mereka, "Bunuhlah aku, anakmu kelaparan. Jika tidak kau beri makan, akan mati dia". Si ibu tidak tega untuk membunuhnya, tapi melihat kondisi anaknya,

si ibu akhirnya membunuh singa tersebut. Setelah selesai diolah menjadi masakan, dibangunkan anaknya untuk diberi makan.

"Makanan dari mana yang ibu berikan kepadaku" Tanya si anak setelah menghabiskan makanannya.

"Ibu membunuh singa, dia meminta ibu untuk membunuhnya dan memberi kau makan agar tidak mati kelaparan".

Si anak terkejut, sambil berkata "Berarti aku sudah menanggung 2 dosa, dosa ibuku dan dosa singa tersebut" 

"Kenapa menanggung 2 dosa", Ujar ibunya sambil menangis.

Si anak menghampiri si ibu, duduk di depan ibunya "Setiap mahkluk hidup yang dilahirkan di muka bumi ini pasti akan memiliki dosa. Singa itu pun mempunyai dosa, aku sudah memakannya. Berarti dosa dia pun tanggunganku"

Si ibu kemudian memeluk anaknya sambil berbisik ditelinga si anak "Lalu bagaimana kamu menanggung dosa ibu selama ini ?". 

"Caranya dengan melakukan kebaikan di setiap ada kesempatan untuk berbuat kebaikan. Selain menghapus dosa orangtua, juga bisa menghapus dosa diri sendiri". Ucap si anak.

Lalu si anak berdiri dan mengandeng tangan ibunya, "Mari pulang bu, dan melakukan kebaikan selagi kita mampu". Dan ibu berjalan menuju rumahnya bersama sang anak.

Sejak saat itu, si ibu tidak lagi membunuh hewan-hewan buas di dalam hutan. Dia menanam tanaman yang bisa di makan di sekitar rumahnya. Dan membagikan ke tetangga ketika panen tiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun