Mohon tunggu...
Laura Nurrahma Chairunnisa
Laura Nurrahma Chairunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya merupakan pribadi yang senang membuat konten konten di social media

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Krisis Komunikasi: Saat Semua Bicara, Tak Ada yang Mendengar

7 Juli 2025   06:14 Diperbarui: 7 Juli 2025   06:14 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh: Laura Nurrahma Chairunnisa
 
Komunikasi seharusnya menjadi jembatan antarpihak di lingkungan sekolah. Namun, apa jadinya jika komunikasi justru menjadi sumber kekacauan ? Hal tersebut tercermin dalam artikel berjudul “Saat Semua Merasa Benar” yang dimuat di Kompasiana. Kasus tersebut menunjukkan bahwa ketika ego lebih dominan daripada koordinasi, maka konflik bukan hanya tak terhindarkan, tetapi juga meluas tanpa arah yang jelas.
 
Sekolah idealnya menjadi ruang kolaborasi, tempat semua unsur guru, staf TU, hingga kepala sekolah, saling melengkapi. Namun dalam praktiknya, tanpa sistem komunikasi yang baik, ruang tersebut dapat berubah menjadi arena saling tuding. Minimnya instruksi tertulis, tidak adanya kejelasan data, dan absennya pemimpin yang mampu memfasilitasi dialog memperlihatkan betapa pentingnya membangun komunikasi yang fungsional, bukan emosional.
 
Ketika guru merasa sudah bekerja maksimal tetapi tidak dihargai, lalu staf TU merasa disalahkan tanpa dasar, sementara kepala sekolah memilih diam, maka sistem kepemimpinan dan komunikasi jelas bermasalah. Persoalan ini tidak semata-mata berkaitan dengan miskomunikasi, melainkan juga menyangkut pudarnya kepercayaan antar pihak.
 
Dalam konteks pendidikan, komunikasi bukan sekadar menyampaikan informasi. Ia adalah alat koordinasi, pemersatu visi, dan penentu keberhasilan kerja sama. Karena itu, sekolah perlu lebih dari sekadar struktur organisasi. Sekolah membutuhkan budaya komunikasi: prosedur yang jelas, ruang evaluasi terbuka, dan pelatihan keterampilan komunikasi untuk seluruh elemen di dalamnya.
 
Jika sekolah ingin menjadi tempat yang sehat secara psikologis dan profesional, maka memperbaiki komunikasi harus menjadi prioritas. Pemimpin harus belajar mendengar, guru harus belajar menyampaikan pendapat tanpa amarah, dan staf harus merasa aman untuk bertanya atau menyampaikan kendala. Artikel ini menjadi cermin bahwa konflik sering kali bukan karena perbedaan pendapat, melainkan karena tak adanya ruang aman untuk menyampaikannya dengan baik.
 
Sumber: Kompasiana.com https://www.kompasiana.com/muhammadaminalfazli4167/685626e234777c26df5df422/saat-semua-merasa-benar-fungsi-komunikasi-yang-dilupakan-di-sekolah

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun