Mohon tunggu...
Launizza
Launizza Mohon Tunggu... seorang guru yang mencoba untuk menulis

menulis dengan segenap hati, selamat membaca tulisanku teman teman semuaa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ibnu Miskawaih dan Gagasan Pendidikan Akhlak Antara Intelektualitas dan Spiritualitas

9 Oktober 2025   22:55 Diperbarui: 9 Oktober 2025   22:55 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ibnu Miskawaih adalah salah satu tokoh besar dalam sejarah Islam yang pemikirannya sangat berpengaruh di bidang pendidikan, khususnya dalam hal pembinaan moral dan akhlak. Ia dikenal sebagai seorang filsuf, sejarawan, dan juga pendidik Muslim yang hidup pada masa keemasan peradaban Islam di bawah Dinasti Buwaihiyah. Gagasannya tentang pendidikan memiliki nilai yang tetap relevan hingga saat ini, karena menitikberatkan pada pentingnya pendidikan yang menumbuhkan budi pekerti dan mengarahkan manusia menuju kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat.

Bagi Ibnu Miskawaih, pendidikan bukan hanya soal penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga proses membentuk kepribadian dan menyucikan jiwa manusia. Dalam karya terkenalnya Tahdzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A'raq (Penyempurnaan Akhlak dan Pembersihan Jiwa), ia menegaskan bahwa tujuan utama pendidikan adalah membentuk manusia berakhlak mulia dengan cara melatih diri, mengendalikan hawa nafsu, dan membiasakan diri pada perbuatan baik. Pemikiran ini menunjukkan bahwa bagi Ibnu Miskawaih, pendidikan memiliki dimensi spiritual dan moral yang sangat kuat, bukan hanya sekadar kegiatan akademik.

Salah satu pandangan penting Ibnu Miskawaih adalah bahwa akhlak tidak sepenuhnya ditentukan oleh faktor bawaan, tetapi bisa dibentuk melalui pembiasaan dan bimbingan yang baik. Ia meyakini bahwa manusia dapat berubah menjadi lebih baik dengan latihan yang berulang dan lingkungan yang mendukung. Konsep ini sangat sesuai dengan prinsip pendidikan karakter modern, yang menekankan pentingnya pembiasaan, keteladanan, dan pendidikan moral sejak dini. Dalam hal ini, Ibnu Miskawaih memandang manusia sebagai makhluk yang dapat berkembang menuju kesempurnaan moral melalui proses pendidikan yang terus-menerus.

Selain itu, Ibnu Miskawaih juga mengajarkan pentingnya keseimbangan antara akal, hati, dan nafsu. Menurutnya, pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu mengembangkan kecerdasan intelektual sekaligus memperkuat nilai-nilai spiritual. Akal digunakan untuk memahami kebenaran dan membedakan yang baik dari yang buruk, sedangkan hati berperan sebagai pusat nilai dan moralitas. Dengan pandangan ini, pendidikan Islam idealnya bersifat menyeluruh (holistik), mencakup pengembangan seluruh potensi manusia---akal, jiwa, moral, dan sosial.

Jika dikaitkan dengan situasi pendidikan saat ini, gagasan Ibnu Miskawaih sangat relevan untuk diterapkan. Di era modern, banyak peserta didik yang unggul dalam prestasi akademik, tetapi lemah dalam pengendalian diri, empati, dan moralitas. Di sinilah pentingnya gagasan Ibnu Miskawaih yang menegaskan bahwa pendidikan harus diarahkan untuk menumbuhkan karakter, bukan hanya kecerdasan. Seorang guru, dalam pandangannya, tidak hanya berperan sebagai pengajar ilmu, tetapi juga sebagai teladan moral yang membimbing peserta didik dengan sikap dan perilaku yang baik. Keteladanan inilah yang menurut Ibnu Miskawaih menjadi metode pendidikan paling efektif dalam membentuk karakter.

Pemikiran Ibnu Miskawaih juga menjadi dasar penting dalam konsep pendidikan karakter di dunia Islam. Pandangannya tentang tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) dan tahdzib al-akhlaq (pembinaan akhlak) memberikan arah bahwa pendidikan harus menumbuhkan nilai-nilai universal seperti kejujuran, tanggung jawab, kesabaran, dan kepedulian sosial. Ia juga menekankan peran lingkungan yang baik---keluarga, sekolah, dan masyarakat---karena perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh tempat ia tumbuh dan berinteraksi.

Menariknya, Ibnu Miskawaih juga dianggap sebagai tokoh yang mampu menggabungkan pemikiran filsafat Yunani dengan ajaran Islam. Ia mengadopsi konsep virtue ethics Aristoteles tentang kebajikan, namun menyelaraskannya dengan nilai-nilai Al-Qur'an dan hadis. Dari sinilah lahir konsep pendidikan moral yang tidak hanya rasional dan logis, tetapi juga spiritual dan religius. Gagasan ini membuktikan bahwa Islam dapat memadukan ilmu pengetahuan dan moralitas dalam satu sistem pendidikan yang utuh.

Sebagai kesimpulan, pemikiran pendidikan Islam Ibnu Miskawaih memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan konsep pendidikan moral dan karakter. Pandangannya yang menyeimbangkan antara ilmu dan akhlak, antara akal dan hati, menjadikan ajarannya tetap relevan hingga kini. Dalam dunia pendidikan modern yang sering berfokus pada aspek kognitif, gagasan Ibnu Miskawaih mengingatkan kita bahwa keberhasilan sejati pendidikan adalah melahirkan manusia yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak, bijaksana, dan bermanfaat bagi sesama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun