Tes.
Darah segar mengalir dari hidung Ayah Calvin. Cemas, Bunda Alea mengusapkannya dengan tissue.
"Calvin, darah..."
Darah, Jose tersenyum puas. Jarum besar di tangannya terlempar. Luka baru terpahat di tangan kirinya.
Tangan Ayah Calvin menggandeng mesra istrinya. Selepas dari bandara, mereka mengunjungi supermarket. Bunda Alea membeli beberapa kotak coklat. Katanya, ia tak sempat membeli sesuatu untuk Jose selama lawatannya ke kota pelajar. Sekaranglah ia mengganti bentuk perhatiannya.
"Kamu perhatian sekali pada anakku...thanks ya." puji Ayah Calvin saat mereka berdiri menunggu di depan meja kasir.
"Anak kita, Calvin. Dan kau tak perlu berterima kasih." ujar Bunda Alea lembut.
Kali kedua, Bunda Alea merasakan dekapan hangat suaminya. Kasir yang tengah menghitung belanjaan, berpaling. Tak habis pikir mendapati Ayah Calvin tanpa ragu pamer kemesraan di tempat seterbuka ini.
Mata Bunda Alea tertumbuk ke televisi yang tergantung di atas kepala kasir. Sebuah lagu terputar. Bibirnya bergerak ikut menyenandungkan lagu.
"Ngana pe kenangan barasa di hati..."
"Ngana pe kenangan barasa di hati..." Jose menggumamkan lirik itu. Bahasa yang sama, bahasa dari etnis asal mendiang ibu kandungnya. Bahasa Manado memang indah.