Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Lantai Digetarkan Tuhan

3 Agustus 2019   06:00 Diperbarui: 3 Agustus 2019   06:04 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua ibu jari Jose terangkat. Ia sangat, sangat setuju. PR menambah beban saja.

"Anak saya, Jose, langsung saya marahi kalau dia stress dengan PR. Tapi saya tidak masalah ketika nilainya jelek. Kenapa coba? Karena saya menerapkan untuk belajar apa yang dia suka. Pernah saya datangkan guru biola private. Tiap kali waktunya les biola, Jose tak mau keluar kamar. Tapi giliran saya ajari dia piano, dia happy. Tak ada rasa lelah meski dia latihan piano lima kali seminggu."

Tepuk tangan bergemuruh. Refleks Jose ikut bertepuk tangan. Kebanggaan terpancar di wajah orientalnya. Ia bangga, bangga sekali pada Ayah Calvin.

"Jangan paksakan anak untuk menguasai semua bidang. Arahkan mereka pada satu bidang, fokuskan, dan berhenti memaksa mereka pintar segalanya. Kita masih terpaku pada bagus-tidaknya nilai. Angka-angka di sekolah tidak menjamin kesuksesan seseorang, right?" lanjut Ayah Calvin berwibawa.

Kekaguman Jose terus membesar. Pria kelahiran 9 Desember di dalam video itu teramat piawai mempengaruhi pendengarnya. Ini hanya satu dari sekian banyak video perform Ayah Calvin saat diundang menjadi pemateri di seminar parenting, talkshow motivasi, workshop bisnis, dan pelatihan kepenulisan. Beberapa tahun lalu, Ayah Calvin tengah jaya-jayanya sebagai presenter dan pembicara.

Tengah asyik menyaksikan kebolehan Ayahnya di mimbar diskusi, tetiba Jose merasakan ranjang besarnya bergoyang keras. Lampu gantung berkedip seolah akan mati. Ada apa ini? Mengapa lampu dan tempat tidur bergerak-gerak?

Sedetik. Tiga detik. Lima detik. Pelan-pelan Jose menurunkan kakinya ke lantai. Ya Tuhan, lantai yang dipijaknya pun bergetar.

Oh tidak, ini pasti efek kelainan darah. Kepalanya terasa pusing. Segala sesuatu di sekeliling kamarnya berputar cepat.

Dugaannya keliru. Dari luar kamar, terdengar teriakan Bunda Alea.

"Earthquake!"

Hati Jose mencelos. Gempa? Benarkah ini gempa? Benarkah getaran lantai ini karena kekuatan Tuhan? Apakah Tuhan sedang marah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun