Abi Assegaf mengalami Disfagia (sulit menelan). Satu lagi konsekuensi menyakitkan dari kanker yang dideritanya. Retinoblastoma itu telah bermetastasis ke beberapa organ penting.
"Adica anakku..." lirih Abi Assegaf. Gelap pandangan matanya, namun hati ayah ideal ini lembut bercahaya. Dia bisa merasakan kehadiran putra-putrinya begitu dekat.
"Iya, Abi. Adica di sini. Sama Syifa. Ada Calvin juga."
Syifa dan Calvin berganti menyentuhkan tangan mereka ke tangan kurus Abi Assegaf.
"Maafkan Abi...maaf telah menyusahkan kalian."
Nada bersalah tertangkap kuat dalam suara lirih itu. Abi Assegaf bernafas cepat, matanya berkaca-kaca. Air bening itu diseka lembut tangan Syiffa.
"Tidak ada yang merasa direpotkan, Abi." ujar gadis itu halus.
Sesaat Calvin memejamkan mata. Bertaruh dengan dirinya sendiri, kapan waktunya tiba? Waktu ketika ia harus menyamai Abi Assegaf. Terbaring tanpa daya di ranjang besar penuh peralatan medis. Dikelilingi orang-orang yang bersedih.
"Abi pasti mampu melewatinya," kata Calvin setelah menguatkan diri.
Hancurkah hati Abi Assegaf bila mengetahui kedua permata hatinya saling mencintai?
** Â Â