Tuk mencintaimu
Sekali dalam hidupku
Kasihku dengarkan
Hanya engkau yang bisa
Temani hidup ini
Sampai akhir usia kita (Rio Febrian-Maafkan).
Adica bernyanyi dan bermain biola tepat di depan Syifa. Berusaha meluluhkan hati gadis itu, mendapat maaf darinya.
Syifa menundukkan wajah, menghindari pandangan Adica. Kerak-kerak es di dinding hatinya luluh berantakan. Bola matanya berawan.
Calvin terenyuh. Begitu cara Adica meminta maaf. Ia takkan menghakimi, sungguh takkan menghakimi. Bahkan pria tampan itu tergerak memainkan piano. Sayangnya, tak ada piano di sini.
Revan bertolak pinggang. Ia mengerti, sungguh mengerti arah perasaan Adica dan Syifa. Janggal, pikirnya. Beginikah kakak dan adik saling menyayangi?
Bukan, itu bukan rasa sayang kakak-beradik. Benang konklusi menyatu. Sejurus kemudian, Revan berbalik. Diam-diam menyelinap meninggalkan apartemen.