Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Langit Seputih Mutiara] "Lunch Box" dari Malaikat

9 Januari 2019   06:00 Diperbarui: 9 Januari 2019   06:26 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Syifa, nanti aku jemput kamu ya. Mau makan siang dimana?"

"Memangnya kamu nggak sibuk? Aku lagi malas makan di luar. Bosan..."

"Trus maunya apa dong?"

"Aku rindu masakan rumahan. Mau bawa bekal aja."

Gabriel baru tiba di rumah mewah tepi pantai saat mendengar dialog ringan itu. Masakan rumahan? Tetiba ia mendapat ide.

Setelah memastikan dirinya belum ada pekerjaan, si perawat misterius turun ke dapur. Ia kenakan apron putih. Dibukanya kulkas, melihat-lihat bahan makanan yang ada. Tergelitik hatinya untuk melakukan fridgie, memotret isi kulkas dan mengunggahnya ke Instagram. Trend baru di dunia kesehatan dan gizi. Tidak, ia tidak boleh gegabah. Ini rumah orang lain. Di sini dirinya hanya perawat.

Kulkas terbuka. Udara dingin meruap. Daging, sayuran, buah-buahan, chicken egg roll, sosis, dan salmon tersusun rapi di rak teratas. Rak berikutnya terisi quinoa dan rocket. Botol-botol air terdapat di tengah. Ada pula berkotak-kotak susu dan sejumlah batangan keju. Panekuk beku, buah-buahan beku, dan es krim tersimpan di freezer. Tak ada stok permen dan camilan berkalori tinggi. Pintar juga, tidak menyimpan camilan di kulkas. Menyulitkan orang yang ingin makan makanan tak sehat.

Si perawat rupawan bertanya-tanya dalam hati. Siapakah yang menata isi kulkas? Entah para pelayan, entah melibatkan rekomendasi ahli gizi ternama. Dikeluarkannya bahan-bahan makanan, lalu ia mulai beraksi.

Memasak jadi kegiatan menyenangkan. Apa lagi bila masakan dinikmati banyak orang. Kini, memasak tak selamanya dilakukan wanita. Justru banyak pria mendominasi dapur hotel-hotel berbintang. Profesi chef memikat di mata pria.

Hati-hati ia memotong sayuran. Mengupas telur, merebusnya, membuatnya menyerupai bentuk bintang. Menggoreng sosis, lalu dengan beberapa sentuhan membentuknya serupa bunga. Seni mengolah makanan yang cantik.

Beberapa alat ia gunakan untuk mempercantik masakan olahannya: pisau kecil, cetakan, dan noripuncture. Si perawat misterius mengerjakan semuanya begitu cepat. Takut ada yang tahu aktivitasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun