Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Review Semester 7, Rasa Iri dan Egoistis

18 November 2018   06:00 Diperbarui: 18 November 2018   07:17 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu bulan jelang akhir semester. Waktu bergulir sangat lambat. Inginnya semester puncak ini segera berakhir.

Berakhir, mengapa Young Lady menginginkan begitu? Tentu ada alasannya. Banyak intrik, praktik-praktik egoistis, sarkasme, dan rasa iri. Tidak, Young Lady sama sekali tidak menyesali hadirnya semester ganjil itu. Young Lady hanya menyesali situasinya yang terlalu negatif.

Atmosfer di kelas jauh dari kata nyaman. Sebagian besar mata cenderung tak ramah. Sebagian besar hati cenderung tak mengerti dan tak membuka ruang untuk memahami. Bagus kalau anggota kelasnya produktif. Ini, prestasi nol besar.

Benih-benih egoistis sangat tinggi. Hanya mendekat bila ada butuhnya. Hanya bersikap manis bila ada perlunya. Bila ada keperluan, mereka membawa madu di tangan kanan. Bila tak ada perlu, mereka membawa racun di tangan kiri. Persis lagunya Trinity: madu di tangan kananmu, racun di tangan kirimu. Aku tak tahu mana yang akan kauberikan padaku.

Sudah bosan dosen mengkritik kelas itu tak produktif. Anak-anaknya hanya bisa cari perhatian dengan cara tak bermutu. Syukurlah, Young Lady cantik bukan salah satu di antara mereka. Syukur pula, para pendidik mengenal Young Lady karena prestasi. Bukan karena masalah dan cari perhatian yang tidak berbobot.

Lebih enak dikenal karena prestasi. Dibandingkan mereka yang dikenal karena cari muka. Sayangnya, mereka yang gemar cari muka itu sering "menghantam" Young Lady dengan praktik-praktik sarkasme tajam. Kebiasaan Young Lady berbagi coklat ditiru-tiru dalam gerakan tangan. Kebiasaan baik Young Lady berbagi makanan tiap kali presentasi dimanipulasi dengan gesture kepura-puraan.

"Ini hadiah untuk penanya." Demikian katanya sambil tertawa sinis.

Tentu saja hal ini buat Young Lady tak nyaman. Meniru gaya, menyindir lewat gerakan tangan, melontarkan sarkasme lewat ucapan langsung atau via grup, menjadi sesuatu yang menjauhkan dari kenyamanan.

Mereka berlaku buruk pada Young Lady karena tak paham. Mereka tidak paham siapa Young Lady. Mereka tak paham Young Lady punya banyak kesibukan dan tanggung jawab lain selain kuliah. Sebab yang sering menyindir Young Lady adalah orang-orang yang hanya mengenal kelas dan tugas akademik sebagai pusaran dunia mereka. Mereka tak punya link sebanyak Young Lady, tak punya jaringan/relasi dimana-mana, tak produktif mengeluarkan karya, tak aktif berorganisasi dengan serius, tak mau mengaktualisasi diri di ranah akademik, tak punya prestasi non-akademis yang membanggakan, dan tak punya kecukupan harta seperti Young Lady cantik. Mereka mahasiswa yang dididik di lingkungan universitas terhormat, namun atitude mereka jauh dari kata terdidik.

So, jangan heran kalau Young Lady hanya nyaman dengan sedikit orang. Sedikit, ya sedikit sekali orang yang bisa menyamankan Young Lady di kelas semester akhir ini. Bila mereka tak ada, Young Lady memilih sendiri. Tentu saja Young Lady nyaman dengan orang-orang yang memiliki kesamaan. Begitulah naluri manusia: berkumpul dan mencari orang-orang yang sama. Agar tercipta kecocokan dan kemistri. Sayangnya, belakangan ini orang yang membuat Young Lady nyaman di kelas sibuk sekali.

Puncaknya ketika Young Lady datang sendirian ke rumah salah seorang dosen. Dosen paling killer yang tengah sakit itu pun care pada Young Lady. Bahkan ia pernah menyebut-nyebut prestasi Young Lady di kelas. Sampai sebuah pertanyaan terlontar darinya.

"Kapan kamu nikah?"

Sebuah pertanyaan yang membikin tak nyaman. Young Lady paling benci pertanyaan itu. Saat itu, Young Lady hanya diam. Lalu beliau melanjutkan.

"Nanti kalau kamu nikah, undang saya ya."

"Tidak." jawab Young Lady spontan.

"Saya hanya akan mengundang orang-orang terdekat yang membuat nyaman. Saya susah nyaman dengan orang lain."

Terang-terangan saja Young Lady jawab begitu. Alhasil, beliau diam dan tidak lagi menginterogasi soal kapan nikah.

Soal menjenguk dosen pun Young Lady lebih memilih sendirian. Biar lebih private, lebih spesial. Lebih leluasa juga mau memberi dan membeli apa sendirian. Biar saja mahasiswa-mahasiswa minus pengertian itu terlanjur mengharapkan dukungan finansial Young Lady. Sayangnya, Young Lady takkan berikan.

Benih-benih iri hati tumbuh subur. Itulah yang paling tak tertahankan. Iri hati melahirkan stereotip dan prasangka. Kondisi menyedihkan sebenarnya. Kalau saja tak ingat dengan banyaknya rezeki dan karunia yang didapat di tempat lain, Young Lady sudah akan melakukan protes besar-besaran pada Tuhan. Namun, Tuhan Maha Adil. Ia jungkirkan bahtera kenyamanan di lingkungan akademik, tapi Ia berikan kasih dan penawar kepedihan di tempat-tempat lain.

Di kampus, boleh saja Young Lady terzhalimi. Namun di tempat lain, Young Lady temukan banyak kelembutan dan kasih sayang. Boleh saja teman-teman mahasiswa membully, meniru gaya, dan menyindir Young Lady. Tapi, mereka tak pernah merasakan nikmatnya ngopi cantik di cafe mewah sepulang kuliah, tak merasakan pujian tulus karena prestasi, tak pernah merasakan nyamannya baju bagus melekat di tubuh mereka, tak menghirup wangi parfum mahal yang rutin dipakai tiap hari, tak pernah merasakan kasih sayang dari orang-orang hebat, dan tak pernah merasakan serunya mempersiapkan acara keluarga yang mewah di akhir tahun. 

Young Lady merasakan itu semua, merasakan apa yang tidak mereka rasakan. Dia menanam, dialah yang menuai. Kompasianers, bagaimana bila kalian yang jadi imbas rrasa iri hati?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun