Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kelembutan, Kasih di Kursi Siaran Radio

12 November 2018   06:00 Diperbarui: 12 November 2018   06:19 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Abi Assegaf dan Young Lady (Dok Pribadi)

Sebagai pembuka, Young Lady cantik ingin mengucapkan selamat Hari Ayah. Selamat Hari Ayah untuk Ronald Wan, Zaki Assegaf, Pak Tian, Pak Edy Supriatna Syafei, Dokter Posma, Pak Afifudin Lubis, Mas Susy Haryawan, Kak Adica Wirawan, Pak Hensa, Opa Effendi, Pak Katedrarajawen, dan untuk semua ayah serta calon ayah di Kompasiana.

Well, cerita serial Tulang Rusuk Malaikat telah selesai. Bukan berarti tak ada lanjutannya. Perjuangan belum berakhir.

Mungkin ada di antara Kompasianer yang penasaran. Siapakah sosok inspiratif di balik tokoh "Abi Assegaf"? Ini dia sosoknya.

Kalau yang sudah lama mengikuti, pasti tahulah gimana proses kreatif Young Lady. So, tidak perlu diceritakan lagi ya. Terserah sih kalau masih ada haters yang menganggap Young Lady playing victim dan suka menjatuhkan orang/membunuh karakter orang dalam fiksi. I don't care.

Dari kecil, Young Lady sukaaaa banget sama radio. Ada lagunya juga kan? Radio, dari Sheila on 7. Siapa yang hafal lagunya? Kalau hafal, kita nyanyi sama-sama ya.

Begitu sukanya sama radio, sampai-sampai Young Lady cantik bukan hanya pendengar radio tetapi juga penyiarnya. Yeeee, keren kan Young Lady? Honestly, Young Lady lebih suka siaran di radio pemerintah bukannya radio swasta. Kenapa coba? Radio pemerintah lebih nyaman aja, walau mungkin agak kaku. Kalau radio swasta fokusnya mengejar profit terus. Iyalah, mereka kan hidup dari iklan. Kalau radio pemerintah sudah punya budget sendiri. Jadinya nggak perlu takut bangkrut. Selain itu, radio pemerintah lebih mampu merangkul semua kalangan dibandingkan radio swasta. Itu sih yang dirasakan Young Lady.


Debut pertama karier bersiaran Young Lady dimulai saat kelas 5 Elementary School. Wow, masih kecil. Kira-kira umur segitu Kompasianer udah pada ngapain ya? Hari Minggunya Young Lady diisi dengan menjadi host program "Aksis Kecil", program anak-anak di RSPD (Radio Suara Pemerintah Daerah). Jadi, kalau biasanya Hari Minggu anak-anak masih pada bobo cantik sampai siang, Young Lady udah duduk cantik dan rapi di kotak siaran.

Waktu berlalu. Young Lady vacum cukup lama dari radio. Sampai akhirnya, Young Lady kembali mengasah ilmu broadcasting di sekolah broadcasting yang bagus banget dan lumayan mahal. Biarin mahal, asal ilmunya dapat. Sertifikatnya juga dong.

Tahun 2016 sampai 2017, Young Lady pernah mencicipi kursi panas siaran radio Pro 2. Asyik sih, tapi kok rasanya nggak ada progres ya? Trus, mana ada atmosfer kurang nyaman lagi. Keluarlah Young Lady dari situ.

Tahun ini, Young Lady mendapat rezeki dari Allah untuk ke Pro 1. Suasananya asli enak...kondusif, hangat, dan comfortable. Young Lady cantik menemukan kehangatan dan kasih sayang di 97.6 FM RRI Pro 1 Bandung.

Mulanya, tugas Young Lady di sana hanyalah monitoring siaran dan membuat produk-produk naskah radio seperti ILM (Iklan layanan masyarakat), filler, dan feature. Lalu, Young Lady diberi kesempatan masuk kotak siaran. Alhamdulillah, hampir setahun nggak siaran akhirnya bisa duduk manis di studio lagi.

Dan...voila, Young Lady temukan sosok inspiratif itu. Sesuai taglinenya, RRI Pro 1 Bandung memang "cerdas inspiratif". Young Lady mengenal sosok inspiratif itu di kursi siaran. Banyak yang lebih akrab memanggil nama depannya, tapi Young Lady lebih suka memanggilnya dengan nama belakang. Biar beda sendiri. Gegara itu, orang sekantor jadi ketularan memanggil sosok inspiratif itu dengan nama belakang juga kalau ada Young Lady. Ini kejadiannya mirip di Kompasiana. Ketika Kompasianer lebih banyak yang panggil Kompasianer Rustian Al Ansori dengan sebutan Pak Rustian, Young Lady lebih suka memanggilnya Pak Tian sebab ingin berbeda dari yang lain.

Sosok inspiratif "Abi Assegaf" mencerminkan kelembutan, kesabaran, kehangatan, dan kasih sayang. Ia paling sering memandu program Kuliah Subuh dan Harmoni Pagi. Sabar sekali ketika ia menanggapi pertanyaan pendengar dan pembicaraan narasumber. Suara lembutnya begitu pas ketika membacakan konten cerita inspiratif saat Harmoni Pagi.

Terkadang Young Lady sengaja merekam siarannya, lalu mengoleksinya. Agar bisa diputar berulang kali. Young Lady senang pernah menjadi partner siarannya. Bukan sebagai narasumber, tetapi sebagai sesama rekan presenter. Di mata Young Lady, "Abi Assegaf" lebih dari sekedar presenter. Ia pemimpin, motivator, sosok ayah yang fatherly, idola, dan panutan.

Kelembutan dan kasih sayang, itulah yang ditangkap Young Lady dari kesan pertama. Ia memberi Young Lady pelukan hangat penuh kasih. Layaknya seorang ayah pada putrinya. Sesuatu yang sangat dirindukan Young Lady sejak dulu. Hal yang tak pernah Young Lady dapat dari ayah kandung sendiri.

Jangan heran kalau Young Lady balas memeluknya cukup lama. Young Lady usap punggung "Abi Assegaf" dengan lembut. Sepinya hari-hari Young Lady sedikit terobati dengan satu pelukan hangat dari sosok pria dewasa berstatus ayah. Meski ayah orang lain, bukan ayah Young Lady. Karena Young Lady menyukai kelembutan, suka sekali. Terlebih kelembutan dari pria dewasa yang layak bergelar ayah.

Ini di luar ekspektasi. "Abi Assegaf" memeluk Young Lady tepat ketika Young Lady merasa sangat gelisah dan tidak nyaman. Tepat ketika Young Lady merasakan konsentrasi yang tidak stabil.

"Sini, Sayang." ujarnya lembut, lalu menarik tubuh Young Lady ke sisinya untuk berfoto.

Seingat Young Lady, ada beberapa orang di sekitar studio. Mungkin mereka lihat. Orang-orang itu pun tak kalah hangat. Walaupun tak ada yang seinspiratif "Abi Assegaf".

Kami bicara banyak hal. Bercerita, sesekali tersenyum dan tertawa. Tubuhnya begitu wangi, wangi sekali. Harum parfumnya sampai menempel lama di baju Young Lady. Maaf bila Young Lady terlalu jujur. Young Lady hanya menuliskan kesan positif lewat suara dan wangi tubuh seseorang yang menginspirasi. Young Lady suka menciptakan kesan tentang seseorang lewat sentuhan, suara, dan harum tubuhnya.

Cemburukah malaikat tampan bermata sipit "Calvin Wan" saat Young Lady berpelukan dengan pria lain? Tidak, ia tidak marah dan sangat, sangat mengerti situasi, kondisi, serta lingkungan Young Lady. 

Toh yang sayang Young Lady di studio bukan hanya "Abi Assegaf". Tapi banyak yang lainnya. Lengan Young Lady diusap-usap, pipi dicubiti karena gemas, dipanggil Sayang. Sudah biasa. Tuh kan, radio pemerintah lebih terbuka dan mampu merangkul semua orang dari berbagai latar belakang. Pelajaran berharganya simple saja: jadi multitallent itu enak, bisa disayang dimana-mana.

Sabtu pagi yang cerah itu jadi agak tercemari ketika ada keluhan sakit lama. Ungkapan kisah tidur di kantor karena sakit dari seseorang yang lebih tinggi. Tapi tak apalah, sakit ada untuk menghargai sehat. Keramahan dan kehangatan orang-orang di studio sedikit menutup kecemasan Young Lady cantik.

"Ini bukan kebetulan. Semua sudah direncanakan Allah."

Dua kalimat "Abi Assegaf" yang masih membekas dalam ingatan Young Lady hingga detik ini. Young Lady pun memberikan sesuatu yang membekas untuknya dan bisa disimpan sebagai tanda perekat kekeluargaan/silaturahim: kado. Kado itu, Young Lady sendiri yang menyiapkan, membungkus, dan menghiasnya dengan cantik. Tapi memang dasarnya Young Lady suka berbagi ke orang. Jadinya senang-senang saja saat menyiapkan kado, apa lagi buat orang yang inspiratif dan disayangi. Indikator rasa sayang Young Lady dilihat dari semakin mahal dan tulus pemberian. Makin mahal dan makin tulus, berarti Young Lady benar-benar sayang. Entah itu pada lelaki maupun perempuan.

Satu hal istimewa lagi tentang "Abi Assegaf" di Sabtu pagi itu. Ia begitu lembut dan sabar saat menerima rombongan pengisi acara yang masuk studio untuk mengisi siaran ruang agama Buddha. Siaran agama Buddha terjadwal hari Sabtu di minggu kedua tiap pukul sembilan pagi. Sedangkan program yang dibawakan Young Lady satu jam sebelumnya, tepat pukul delapan. Hello, ini siaran ruang agama lain loh ya...bukan ruang agama Islam. Namun, sosok inspiratif itu sangat sabar, lembut, hangat, ramah, dan terbuka. Toleran, kan? Pembawa acara ruang Islami Kuliah Subuh menyambut lembut dan sabar pengisi acara ruang agama Buddha. Wow, luar biasa.

Young Lady tak pernah menyesal mengenal sosok inspiratif yang lembut dan berwibawa. Selain "Calvin Wan", namanya hadir dalam doa-doa Young Lady, bersama beberapa nama orang tercinta Young Lady lainnya.

Sungguh, Young Lady bersyukur dengan anugerah rezeki ini. Tak semua rezeki harus berbentuk uang. Pertemuan dengan sosok inspiratif, job di tempat impian, itu pun rezeki Allah yang luar biasa. Namun, ada satu hal yang ditakutkan Young Lady: tak bisa siaran lagi. Ah entahlah, mudah-mudahan tak terjadi.

Satu lagi pelajaran berharga yang bisa diambil Young Lady saat Sabtu kemarin: sakit bukan alasan untuk berhenti mengasihi. Kompasianer, bagaimana pendapat kalian tentang "Abi Assegaf" dan sekelumit kisah ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun