Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Tulang Rusuk Malaikat] Doa Lintas Agama, Seuntai Pilihan

9 November 2018   06:00 Diperbarui: 9 November 2018   11:06 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ku mencintaimu (Afgan-Ku Dengannya Kau dengan Dia).

Alunan biola Adica menghipnotis para tamu. Langkah mereka sontak melambat. Pelayan-pelayan yang sibuk membawakan wellcome drink pun tersentuh. Bukan hanya minuman dan pai apel, tamu-tamu pun disambut dengan lntunan lagu.

Entah sengaja, entah tidak. Adica membawakan lagu itu tepat ketika Calvin datang bersama Tuan Effendi dan Nyonya Rose. Pemuda tampan itu datang berkursi roda. Setelan jas hitam dan concealler tak dapat menyembunyikan rona pucat di wajahnya. Seminggu setelah gala dinner Assegaf Group, kondisi Calvin kembali menurun. Kesedihan, begitulah faktornya. Sedih lantaran sang adik kandung menolak tinggal bersamanya.

Dokter Tian mengganti jas putihnya yang biasa dengan setelan jas dark blue. Revan sebaliknya. Tak tahu bisikan apa yang menghinggapi kepala pirangnya, ia tampil tanpa jas biru. Justru jas hitam membalut lekuk tubuh tingginya hari ini.

Senada dengan Syifa, Silvi datang mengenakan dress organdi berwarna gelap. Langsung saja gadis itu memeluk Syifa begitu turun dari mobil.

"Syifa, aku minta maaf baru bisa datang sekarang...saat gala dinner pun aku tak bisa. Kau tahu kan, bagaimana keluarga besar kalau aku dan Revan sedang ke Manado?" kata Silvi meminta maaf.

"No problem. Aku senang kamu datang, Silvi. Senang sekali..."

Suara Syifa bergetar. Dua titik bening di ujung matanya ikut bergetar hebat nyaris jatuh. Dengan penuh kasih dan pengertian, Silvi mengusap-usap rambut sahabat perempuannya. Sungguh ia tahu, tahu semuanya. Calvin sudah menumpahkan segala cerita.

"I feel sorry for you..." desah Silvi ditingkahi isakan kecil Syifa.

"Semoga cobaan yang menimpa keluarga Assegaf cepat berlalu."

Deddy dan Sasmita tiba paling akhir. Penampilan casual mereka berganti tampilan formal dengan jas dan bow tie berwarna suram. Bukannya mengambil wellcome drink dan pai apel yang menggoda selera, keduanya bergegas menemui Abi Assegaf. Baru saja Abi Assegaf turun tangga dipapah Arlita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun