Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hari Raya Malaikat Kesepian

22 Agustus 2018   05:45 Diperbarui: 22 Agustus 2018   06:02 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kenapa? Kok liatin aku kayak gitu? Aku cantik ya, pakai abaya?" Calisa memain-mainkan lipatan abaya berwarna gold yang dikenakannya.

Calvin tersenyum. "Aku hanya bertanya-tanya. Kalau Anton dengar kalimatmu tadi, apa reaksinya ya?"

"Oh, tenang saja. Dia tidak sechildish Revan. Anton bukan tipe pencemburu."

Tak ada ruginya juga Calvin dan Calisa bertetangga. Dengan begitu, Calvin punya tempat curhat yang tepat dan terpercaya di dekat rumah. Dulu, sempat beredar rumor Bram naksir Calisa. Tapi, begitu tahu Calisa sudah memilih yang lain, Bram mati langkah.

Mereka pun menyibukkan diri dengan persiapan menyambut hari raya. Tahun ini, jumlah kurban lebih banyak dari tahun sebelumnya. Progres menggembirakan. Kekayaan bertambah, iman meningkat. Banyak Muslim makin kaya makin religius dan dermawan.

Lingkungan masyarakat yang dipimpin Calvin tergolong majemuk. Sembilan keluarga Muslim, satu keluarga Katolik, satu keluarga Buddha. Dua keluarga Tionghoa, satu keluarga Arab-Indo-Eropa, tiga keluarga India, satu keluarga Minahasa-Portugis, satu keluarga Batak-Belanda, satu keluarga Minang-Inggris, dan dua keluarga Melayu-Jerman. Mereka hidup bersama dalam keragaman. Saling mengasihi dalam perbedaan. Tak pernah membahas perbedaan yang ada demi saling menjaga perasaan.

Pria-wanita berwajah bule dan oriental mondar-mandir di sekeliling masjid. Membersihkan masjid, menyiapkan bambu dan kantong-kantong plastik, mengasah pisau, dan mendata sesuatu. Kesibukan yang semarak, ceria, dan penuh warna. Menyambut datangnya hari raya, hari raya yang mengingatkan pada ketaatan Nabi Ibrahim.

Meski ikut bahagia bersama lainnya, Calvin masih bisa merasakan hatinya berdenyut sakit. Mendekati hari raya begini, ia justru berjauhan dengan Revan. Sungguh tak enak. Belum pernah ia jauh dengan Revan di saat hari raya.

Lebih menyakitkan lagi, Silvi pun ikut menjauhinya. Mungkin Silvi kecewa. Mungkin juga marah. Tidakkah Silvi dan Revan mau menerima penjelasan Calvin?

**     

Sekali lagi, Calvin menatapi refleksi dirinya di cermin. Perfect. Setelan jas Christian Dior membalut sempurna lekuk tubuhnya. Setelah memastikan penampilannya sempurna, Calvin bergegas meninggalkan rumah. Langkahnya ringan saat menuruni bukit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun