Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Kapel dan Tasbih Bicara

21 Agustus 2018   05:57 Diperbarui: 21 Agustus 2018   06:02 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ah, tidak apa-apa. Pasti mudah menemukan taksi. Rossie menebar pikiran positif itu sambil menggandeng Angel meninggalkan areal taman kanak-kanak.

Asumsinya meleset. Tak ada taksi di sekitar Global Classica Kindergarten. Memesan taksi online pun sulit. Dengan pikiran kalut, Rossie menelepon seseorang. Terbayang seraut wajah dengan ketampanan Minahasa dan Turkish yang khas. Amat berharap sosok itu mau menolongnya.

**     

Tak seharusnya kita terpisah

Tak seharusnya kita bertengkar

Karena diriku masih butuh kau

Maafkanlah sikapku

Lupakanlah salahku itu (Sheila on 7-Bila Kau Tak Di Sampingku).

**    

Di bawah rintik hujan, Rossie membenamkan harapan. Revan tak juga mengangkat teleponnya. Apakah kemarahannya sudah mencapai klimaks hingga menolak menjawab teleponnya sama sekali?

Sesal menyergap hati. Tak semestinya mereka bertengkar. Seharusnya Rossie bisa lebih sabar. Ternyata Rossie masih butuh Revan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun