Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cincin, Kelenteng, dan Kasih Seorang Mualaf

3 Juni 2018   05:21 Diperbarui: 3 Juni 2018   05:31 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

**      

"Hei, ada Pak Dokter Ganteng di sini. Jadi relawan juga?"

Revan dan Calvin memukul pelan punggung sesosok pria tinggi berjas putih yang tengah sibuk menurunkan boks-boks makanan dari bagasi mobil. Pria itu berbalik, lalu ketiganya bertoast.

"Nggak praktik hari ini, Al?" tanya Revan, ikut membantu menurunkan boks.

"Nggak. Aku mau di sini aja. Masa mikirin dunia terus sih? Akhiratnya kapan dong?"

"Wow wow wow, sejak kapan Albert jadi filosofis gitu? Terpengaruh tausyiah Tarawih semalam ya?"

Dr. Albert Arif Ansori Hartman, sahabat kental Calvin dan Revan. Pria Kaukasia blasteran Jawa-Jerman-Skotlandia. Dengan tulus dan penuh percaya diri, ia pakai nama ayah angkat dan ayah kandungnya di belakang namanya. Albertlah dokter pribadi yang merawat Calvin.

"Calvin, kamu masih pakai cincin itu?" selidik Albert. Melirik jari manis sahabatnya yang masih dilingkari sebentuk cincin.

"Memangnya kenapa?" Calvin berkilah, mata sipit beningnya menghindari tatapan tajam Albert.

Ya Allah, bisakah Albert tak usah membahasnya di saat begini? Haruskah luka disiramkan alkohol dan dinaikkan dosis keperihannya? Demi menyelamatkan situasi, Revan buru-buru mengalihkan pembicaraan.

"Guys, jangan ngobrol di sini terus. Kapan beresnya? Tuh lihat, relawan yang lain mulai menata meja."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun