Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Surat Cinta untuk Ronald Wan

20 Mei 2018   06:14 Diperbarui: 20 Mei 2018   08:13 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apa salahku? Bukankah selama ini aku telah berusaha berbuat baik pada mereka? Aku tidak mengharapkan balasan atas kebaikan, tapi aku juga tidak mengharapkan pembiaran dan ketidakpedulian mereka sampai sebegitunya. Dan mengapa, segelintir mahasiswa "penguasa kampus" begitu tega mempermainkan nilai akhirku?

Ronald Sayang,

Apakah Islam hanya milik etnis tertentu saja? Bukankah Tuhan tidak mengenal etnis? Aku percaya, siapa pun, Native atau Non-Native, berkulit hitam atau berkulit putih, bermata coklat atau bermata biru, bermata besar atau bermata sipit, berhak menjadi Muslim Indonesia dan berhak mendapat perlakuan yang sama tanpa diskriminasi.

Islam milik siapa saja, Ronald.

Sudah kukatakan berkali-kali. Ajaran Islam lengkap dan indah, superior bahkan. Tapi umatnyalah yang inferior.

Itulah sebabnya aku tak pernah suka ikut kajian keislaman atau kegiatan keagamaan di organisasi tertentu. Bagiku, Islam bisa dipelajari secara mandiri.

Dari pada mengikuti kegiatan keagamaan yang lebih mirip cuci otak, lebih baik kutunjukkan nilai-nilai keindahan Islam lewat tulisan, perbuatan, amal, dan konsistensi berbagi pada orang-orang yang meembutuhkan. Beramal sendiri saja, tak usah melibatkan kelompok. Tanggung jawabnya bersifat pribadi pada Allah Azza wa Jala.

Ronald,

Kepedulian itu mahal harganya. Aku tak mudah mempercayai, aku tak mudah mencintai. Namun aku masih punya nurani. Harga sebuah kepercayaan lebih mahal dari kepedulian. Kini aku tahu. Ternyata bukan hanya umat Non-Muslim yang sering didiskriminasi di negeri/lembaga pendidikan tinggi kita. Tapi, sesama Muslim pun masih suka mendiskriminasi.

Ronald,

Peluklah aku. Peluklah hatiku dengan hatimu seperti yang sering kaulakukan seminggu belakangan ini. Jujur kukatakan, aku merasa kesepian di tengah umat beragama. So, aku memaklumi, dan sangat sangat memahami jeritan kesepian para mualaf yang kesepian. Kemarin aku membaca curahan hati seorang mualaf Inggris yang kesepian dan terabaikan. Wanita itu sedih, ia sama seperti aku. Satu-satunya caraku melawan kesepian adalah menebar keebaikan pada orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun