Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

(Curahan Hati Seorang Penganut Sunda Wiwitan) Dianggap Atheis sampai Tidak Bisa Menabung di Bank

21 April 2018   06:05 Diperbarui: 21 April 2018   12:05 1231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.republika.co.id

Walaupun masih sedih, penelitian terus berjalan. Sejenak Young Lady berusaha mengesampingkan kesedihan. Rasa sedih datang tanpa permisi. Biarlah disingkirkan dulu untuk sementara.

Kegiatan penelitian kemarin justru menjadi perjalanan berkesan. Young Lady cantik tidak hanya meneliti dengan cantik, tetapi juga menemukan pelajaran berharga di dalamnya. Sebutlah ini tak sekadar perjalanan penelitian. Young Lady justru lebih suka menyebutnya perjalanan spiritual, perjalanan hati, perjalanan kasih.

Diawali dari rasa ragu. Respondennya kali ini haruslah dari masyarakat adat, orang budaya, atau sejenisnya. Young Lady sempat sangsi, mampukah meneliti mereka? Sejumlah tanda tanya bernada ragu berkejaran. Apakah mereka bisa berbahasa Indonesia? Bagaimana kalau mereka hanya bisa berbahasa Sunda? Apakah mereka wellcome dengan orang luar? Mungkinkah stigma native non-native melekat dalam diri mereka? Jika mereka rasis, tamatlah riwayat Young Lady.

Namun, ternyata kekhawatiran itu tidak benar. Sama sekali tidak benar. Kenyataan yang ada, mereka sangat ramah. Mereka wellcome dengan orang luar yang datang berkunjung. Bahkan salah satu warganya berbaik hati mengantar Young Lady menemui responden. Respondennya pun ramah dan hangat, ia mempersilakan proses wawancara dilakukan di sebuah bangunan tradisional yang digunakan untuk kegiatan masyarakat adat tersebut. Lebih mudahnya lagi, pria yang jadi responden ini bisa berbahasa Indonesia.

Langsung saja sejumlah pertanyaan dilontarkan. Jawabannya pun memuaskan. Informasi yang dibutuhkan diperoleh dengan mudah. Tak hanya data penelitian, Young Lady pun menemukan lebih dari yang dibutuhkan. 

Awalnya ketika pria itu tanpa segan dan ragu mengakui bila dirinya pengikut ajaran Sunda Wiwitan. Bukan Muslim, bukan pula pemeluk agama-agama yang diakui pemerintah. Melainkan pemeluk kepercayaan. Young Lady sempat kaget, namun disembunyikan dengan cantik. Kaget bukan karena pria itu pemeluk Sunda Wiwitan. Melainkan kaget dengan keterusterangannya di depan Young Lady. Jika dia mau, bisa saja ia sembunyikan agama/kepercayaan yang dipeluknya. Toh masalah kepercayaan tidak ada sangkut-pautnya dengan penelitian Young Lady.

Seperti kita tahu, mayoritas warga suku Sunda beragama Islam. Bahkan Sunda identik dengan keislamannya yang kental. Akan tetapi, ada sebagian kecil orang Sunda yang tidak memeluk Islam. Golongan satu ini masih bertahan memegang Sunda Wiwitan sebagai keyakinan mereka.

Back to focus. Tanpa diminta, pria itu mencurahkan isi hatinya. Katanya, ia bersyukur bahwa sistem kepercayaan telah diakui pemerintah. Butuh perjuangan untuk membuat sistem kepercayaan mendapat pengakuan. Masih menurut responden, ada sebagian tokoh lintas agama yang pro, tak sedikit pula yang kontra. Melalui dukungan dan perjuangan, akhirnya sistem kepercayaan mendapat pengakuan.

Lebih jauh lagi, ia bercerita tentang diskriminasi yang dialaminya sebagai penganut Sunda Wiwitan. Ia pernah dianggap atheis atau tak beragama. Saat menikah tahun 2007 silam, ia dan istrinya pun tak punya akta nikah. 

Diskriminasi yang sama menimpa keluarga-keluarga adat lainnya sesama pemeluk Sunda Wiwitan. Pembuatan akta lahir anak-anak pemeluk Sunda Wiwitan dibuat dengan sangat diskriminatif. Parahnya, masyarakat adat dilarang menabung di bank hanya karena mereka menganut Sunda Wiwitan. Lalu ada kebingungan dan kecanggungan tiap kali disuruh mengisi kolom agama pada form-form tertentu. Ada yang asal isi dan random, ada pula yang tidak mengisi. Sedangkan responden Young Lady cantik sama sekali tak mengisi karena tak berani katanya.

Selama mendengarkannya bercerita, mata biru pucat ini lekat menatapinya. Mendengarkan dan memperhatikan ungkapan hatinya. Young Lady berusaha melihat kedalaman hatinya lewat tatapan mata. 

Mata adalah jendela hati. Walau kebanyakan ceritanya sedih dan bernuansa diskriminasi, Young Lady salut juga padanya. Pria ini masih bisa membesarkan hatinya sendiri dengan mengatakan kebanggaannya sebagai masyarakat adat. Menurutnya, justru masyarakat adat seperti dirinyalah yang memiliki Indonesia. 

Dalam arti, kebudayaan Indonesia, mulai dari aksara, tradisi, pandangan hidup, kepercayaan, bahasa, hingga keturunan masih dipertahankan dengan kuat. Salah satunya, ia mencirikan bahwa di masyarakat adat tidak boleh ada pernikahan beda bangsa. Saat dia mengatakan tentang beda bangsa dan non-native, tanpa sadar Young Lady bergerak tak nyaman, sedikit ketakutan. Lalu memainkan jari tangan dengan gelisah. Dengan larangan itu, keaslian keturunan masyarakat adat dan kemurnian darah mereka bisa terus bertahan.

Sekali lagi, Young Lady cantik salut padanya. Dia minoritas, tetapi teguh dengan prinsipnya. Dia minoritas yang sering didiskriminasi, tapi toleran dan tulus menerima kehadiran orang luar. Minoritas yang mengikuti arus modernisasi, namun di sisi lain masih memegang teguh nilai-nilai adat dan tradisi. Bukti bahwa modernisasi tidak selamanya menggerus total nilai adat dan kebudayaan suatu etnis.

Hati Young Lady tersentuh. Ini pertama kalinya Young Lady berjumpa dengan pemeluk kepercayaan, masyarakat adat asli. Selama ini, Young Lady tak pernah berhubungan dan berinteraksi dengan pemeluk kepercayaan mana pun atau penduduk asli suatu adat tertentu. So, perjumpaan pertama yang berkesan. Young Lady ingin, suatu saat nanti, bertemu lagi dengannya, datang lagi ke tempat itu, dan bersilaturahmi lagi dengan masyarakat adat di sana. Apa salahnya bersilaturahmi dengan orang yang berbeda keyakinan? Bukankah silaturahmi memperpanjang umur?

Mendengar curahan hati pria itu, sejenak Young Lady merasa terhibur. Honestly, Young Lady sedang benar-benar sedih saat melakukan penelitian itu. Terlalu sakit untuk menceritakan alasannya di tulisan cantik ini. Yang jelas, Young Lady menemukan penghiburan dari responden luar biasa itu. Walau pria itu tak se-charming "Calvin Wan" yang saat ini sangat dirindukan Young Lady, tetapi dia membuat Young Lady belajar arti bersyukur. Syukur bahwa Young Lady adalah seorang Muslim. Muslim di negara tempat pemeluk Islam terbesar di dunia. Tak dapat diingkari, menjadi mayoritas masih lebih enak dibandingkan menjadi minoritas. Setidaknya, status dan hak-hak masih bisa terlindungi. Kenyamanan beribadah pun tak begitu terganggu, karena banyak orang yang memeluk agama yang sama di negeri ini, melakukan ibadah yang sama. Dibandingkan pemeluk kepercayaan, nasib Muslim Indonesia berkali-kali lipat lebih baik. Young Lady cantik beruntung menjadi Muslim. Muslim yang cantik tentunya.

So, buat para Muslim Indonesia, bersyukurlah. You're not alone, seperti lagunya Michael Jackson. Bandingkan dengan para pemeluk kepercayaan yang jumlahnya sangat sedikit dan hak-hak mereka didiskriminasi. Baru sekarang ini mereka mendapat pengakuan. Entah bagaimana nanti kelanjutan nasib dan kehidupan mereka sebagai warga negara Indonesia.

Selesai wawancara dan sejenak ngobrol santai dengan responden, Young Lady minta diri. Perlahan Young Lady berjalan anggun mendekati pria itu. Mengulurkan sebentuk amplop yang telah terisi. Mau tak mau Young Lady menyesal juga. Rasanya jumlah yang diberikan masih kurang banyak, Young Lady inginnya memberi lebih banyak lagi. Aneh ya, kebanyakan orang berhemat-hemat dalam mengeluarkan dananya, Young Lady malah merasa yang dikeluarkan kurang banyak. Ah, ingin rasanya memberi lebih.

Sesaat pria itu nampak canggung dan nyaris menolak pemberian Young Lady cantik. Tetapi Young Lady memintanya dengan lembut untuk tidak melihat isinya. Lihat iktikad baiknya saja. Finally, responden itu pun menerimanya. Yes, senangnya hati Young Lady.

Setelah memberinya uang, Young Lady berbalik dengan cantik. Berjalan menuruni tangga kayu, meninggalkan tempat itu. Hati kecil berbisik, "Suatu saat, izinkan aku datang lagi...untuk bersilaturahmi dan membagi kasih dengan lembut di sini."

Jauh di dalam hati, Young Lady tidak meniatkan pemberian itu sebagai ucapan terima kasih atas data penelitiannya. Sebab Young Lady percaya, tipikal masyarakat adat seperti dia, yang masih mempertahankan nilai adat di tengah arus modernisasi, bukanlah orang yang materialistis dan komersial. Mereka tulus membantu dan memberikan data, walau tanpa imbalan sekalipun. Young Lady meniatkan uang itu sebagai tanda kasih dari seorang Muslim pada minoritas yang terdiskriminasi. Mayoritas mengasihi minoritas. Yang besar menyayangi yang kecil, yang besar melindungi yang kecil. Sebaliknya, yang kecil pun memahami dan menghormati yang besar. Itu namanya ballance.

Walaupun berempati, tetap saja di mata Young Lady semua makhluk Allah bernama lelaki itu sama saja. Hanya bisa melukai dan menyakiti. Tidak pernah bisa membahagiakan wanita. Hanya karena pria ini responden Young Lady dan kisah diskriminasinya mengundang rasa empati, Young Lady mengasihaninya. Wanita kasihan pada pria, sesuatu yang jarang sekali terjadi. Biar saja pria dikasihani dan kedudukannya jatuh, berada di bawah wanita. Pria memang layak mendapatkannya. Sudah waktunya pria yang jatuh ke kaki wanita.

Sungguh, Young Lady berempati pada nasib pria penganut Sunda Wiwitan dan warga adat lainnya. Tidak salah kan, bila seorang Muslim berempati dan memberikan tanda kasihnya pada pemeluk kepercayaan? Bukankah Islam mengajarkan kasih dan toleransi? Muslim sejati adalah Muslim yang toleran, penuh kasih, sabar, dan dermawan. Young Lady bukanlah orang kaya, tidak pernah pula merasa jadi Muslim yang baik. Hanya berusaha mengasihi.

Kompasianers, apa yang kalian lakukan jika bertemu para pemeluk kepercayaan?

**       

Paris van Java, 20 April 2018

Tulisan cantik dari Muslim cantik bermata biru yang berusaha mengasihi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun