Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Andai Semua Dosen dan Mahasiswa Melihat Senyuman Mereka

6 Februari 2018   05:58 Diperbarui: 6 Februari 2018   06:59 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sama sekali tak ada maksud riya' atau membanggakan diri di sini. Hanya berbagi perasaan saja, ok?

Terus terang saja, Young Lady cantik masih galau. Galaunya galau cantik ya. Oh iya dong, galau pun harus cantik. Walaupun jalan tengahnya sudah ketemu, kadang-kadang masih terlintas kegalauan itu.

Galaunya Young Lady cantik bukan karena asmara. Tapi karena soal lain.

Hmm....mulainya dari mana ya? Ini semua berawal dari salah satu kebiasaan di keluarga. Keluarga inti, bukan keluarga besar. Layak bila kebiasaan ini disebut Jumat Berbagi.

Jadi, satu kali dalam seminggu, Young Lady dan keluarga inti punya kebiasaan berbagi di Hari Jumat. Seringnya berbagi makanan gratis pada orang-orang yang membutuhkan. Turun ke jalan secara langsung dan membagi-bagikannya. Ada kalanya pula mendatangi panti asuhan dan memberikan amplop kecil. Begitu terus bergiliran. Namun berbagi makanan lebih sering. Sebab langsung terasa manfaatnya, dan dapat disampaikan pada orang-orang yang tepat. Kalau ke panti asuhan, belum tentu dirasakan langsung oleh anak-anaknya. Namanya manusia, siapa yang tahu?

Kebiasaan positif ini berlangsung tiap Hari Jumat. Ini kaitannya dengan spiritualitas. Ajaran agama yang dipeluk menjanjikan banyak keutamaan saat berbagi di Hari Jumat. Intinya, Jumat ibarat hari spesial, hari ibadah, hari yang jauh lebih baik dari hari-hari lainnya.

Namun, sayang sekali. Kebiasaan berbagi di Hari Jumat menemui sedikit kendala. Semester ini, ada kelas di Hari Jumat! Oh my God.

Semula, Young Lady cantik kesal, khawatir, dan sedih. Mengapa jadwalnya tidak dipindah ke hari lain saja? Tidak bisakah Hari Jumat dikosongkan? Jumat minggu kemarin, ada jalan tengah. Berbagi seusai Subuh. Pagi-pagi sekali, sebelum berangkat ke kampus, turun dulu ke jalan. Berbagi dengan cantik. Berbagi sarapan gratis dengan cantik pada orang-orang yang membutuhkan. Berbagi dengan cantik di sepanjang jalan, lalu meluncur ke universitas yang ingin segera ditinggalkan karena sudah tidak betah.

Yups, itu jalan tengahnya. Paling tidak, ada solusi. Tapi Young Lady masih belum menyerah. Coba mencari ke kelas sebelah. Menanyai jadwal mereka. Adakah kemungkinan merevisi ulang kontrak kuliah dan mengganti jadwal dengan kelas sebelah? Ternyata mereka sama saja: kelas di Hari Jumat.

Dan kemarin, Young Lady berusaha memengaruhi si penanggung jawab mata kuliah itu untuk melobi agar jadwal bisa diganti ke hari lain. Tentu si teman sekelas penanggung jawab itu tak tahu mengapa Young Lady begitu ngotot dengan cantik untuk pindah jadwal. Ia hanya tahu, kalau Young Lady cantik itu orang sibuk. Dia tak perlu tahu apa yang sebenarnya dilakukan di Hari Jumat.

Setelah dipengaruhi dengan cantik, ia bersedia mengusahakannya. Walau tak bisa janji. Soalnya tahu betul karakter dosennya. Tahu pula bahwa jenis mata kuliahnya MKDU. Biasanya susah dipindah ke hari lain. Terlebih dosen-dosen MKDU kebanyakan menyebalkan dan susah diajak kompromi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun