Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Special] Mata Pengganti, Pembuka Hati: Hari Ini Aku Masih Hidup

23 Januari 2018   06:03 Diperbarui: 23 Januari 2018   08:09 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Calvin, ada apa?" Silvi tak lelah bertanya.

"Besok aku harus ke kantor. Ada masalah yang perlu diselesaikan." Calvin menyahut singkat. Mengembalikan smartphone ke tempatnya.

"Tidak usah, Kak. Biar aku saja yang bereskan. Kakak istirahatlah di sini, sampai sembuh...ya?" cegah Syifa lembut.

Kata 'sembuh' terdengar ironis. Calvin menggenggam tangan Syifa, tersenyum sekilas pada adik bungsunya.

"Sembuh atau tidak, Kakak tetap akan ke kantor. Semuanya akan baik-baik saja, Syifa."

Di bawah tatapan teduh Calvin, Syifa speechless. Tak kuasa berkata-kata. Calvin terlalu baik, terlalu sabar untuk dibantah dan dilukai.


**     

Bukan Calvin Wan namanya kalau tidak pekerja keras. Dalam keadaan sakit, ia masih bisa mengurus masalah di perusahaan. Membereskannya, mengatasinya, memimpin staf-stafnya dengan sabar dan bijak. Para staf itu tak tahu, bila atasan mereka yang tampan semalam terbaring lemah di rumah sakit akibat ulah sel Kidney cancer. Calvin pribadi yang kuat, ia takkan menunjukkan pada siapa pun kalau dirinya sedang sakit.

Selesai dengan urusan pekerjaan, Calvin tak langsung pulang. Ia tetap tinggal sebentar di ruangannya. Baru beberapa menit duduk di kursi empuk bersandaran tinggi itu, ia didatangi Syifa. Wajah si adik bungsu nampak kusut. Matanya agak merah.

"Kenapa, Syifa? Sini duduk...kamu kenapa?"

Calvin sendiri yang membukakan pintu untuk Syifa. Meraih lembut lengan Syifa, lalu mendudukkannya di sofa. Seperti caranya memperlakukan Syifa sewaktu ia masih kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun