Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Spesial] Mata Pengganti, Pembuka Hati, Ikhlas

13 Januari 2018   06:04 Diperbarui: 13 Januari 2018   09:00 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Fonny," panggil Calvin lembut.

"Sebisa mungkin, hindari perceraian. Selamatkan rumah tanggamu."

Perkataan Calvin disambuti anggukan Fonny. Ia mengusap sisa air matanya.

Berlama-lama menatap Fonny kembali memunculkan ingatan tentang Silvi. Calvin merasa begitu sedih. Tak seeharusnya ia melayangkan gugatan cerai pada istrinya. Bila tak pernah ia lakukan, semuanya takkan begini. Silvi pastilah masih di sini. Menemaninya, merawatnya, menguatkannya, mendengarkannya membacakan buku untuknya.

Semua ini salah Calvin. Mestinya ia tak perlu buru-buru melayangkan gugatan cerai. Sebelum mengajukan gugatan laknat itu, ada baiknya berpikir terus, dan terus. Apakah itu jalan terbaik? Sayangnya, Calvin terlalu gegabah.

"Calvin, are you ok?" tanya Fonny cemas.


Tanpa kata, Calvin mengambil buku di tangan Fonny. Menatap masygul bercak darah yang menodai halaman buku. Kini, dirinya tak seperti dulu. Bukan lagi Calvin Wan yang aktif, enerjik, dan selalu bisa mendampingi orang-orang yang dicintainya.

Ketukan halus berirama di pintu paviliun rumah sakit memecah keheningan. Lagi-lagi, sungguh ini sebuah pemaksaan. Calvin memaksakan diri. Ia sendiri yang melangkah tertatih untuk membukakan pintu. Punggung dan perut bagian bawahnya sakit luar biasa setiap kali bergerak. Begitu pintu terbuka...

"Aku mohon...please...jangan peluk wanita lain lagi selain aku."

Silvi datang. Dengan kata-kata itu, dipeluknya Calvin erat. Menyalurkan cinta tanpa kata. Tak hanya cinta. Ada kecewa, sedikit kemarahan yang begitu dingin, sekaligus rasa tidak tega. Silvi menatap Calvin tanpa kedip.

Rupanya Silvi tak datang sendirian. Adica, Syifa, Revan, dan Syahrena bersamanya. Kehadiran mereka menarik perhatian Fonny. Siapa gadis kecil itu? Fonny bertanya-tanya seraya menatap Syahrena. Ia cantik sekali. Andai saja tak teringat sesuatu, Fonny berani menduga kalau gadis kecil itu adalah putri Calvin. Tetapi, bukankah Calvin tak bisa memiliki keturunan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun