Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbeda Pendapat? Cobalah Disikapi

28 Agustus 2017   06:07 Diperbarui: 28 Agustus 2017   23:18 5110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Calvin dan Calisa saling menyayangi. Mereka pun saling mengagumi. Kesamaan passion membuat mereka dekat.

Meski dekat, bukan berarti mereka tak pernah berbeda pendapat. Beberapa kali Calisa berbeda pendapat dengan Calvin. Ada saja pandangan yang berbeda di antara mereka. Namun Calisa menghargai pendapat Calvin yang berbeda dengannya.

Tiap kali berbeda pendapat, Calisa lebih banyak diam. Bukannya ia lemah. Melainkan karena Calisa ingin menjaga perasaan Calvin. Jangan sampai Calvin terluka karenanya.

Sebaliknya, Calisa justru kuat dengan prinsip dan pilihan-pilihan hidupnya. Ia mampu menempatkan diri. Kapan saatnya ia mengalah dan diam, kapan saatnya ia mempertahankan prinsip serta pilihan hidup.

Apakah Calisa berhenti menyayangi Calvin walau berbeda pendapat? Tidak. Ia tetap peduli pada Calvin. Tetap bersikap baik, memperhatikan, dan menyayanginya. Perbedaan pendapat tidak melunturkan perasaan Calisa. Calisa selalu ada untuk Calvin. Seperti Calvin yang selalu ada untuk Calisa.

Bukannya Calisa tidak mau berterus terang. Ia hanya menghindari konflik dengan Calvin. Calisa lebih memilih cara yang halus agar tidak menyakiti, melukai, atau berkonflik dengan Calvin.

Kasus di atas membuka pemikiran kita. Orang-orang yang dekat, saling menyayangi, dan saling mengagumi pun bisa berbeda pendapat. Saling cinta atau saling menyayangi tak berarti terhindar dari perbedaan pendapat.

Suka atau tidak, perbedaan menjadi bagian hidup kita. Jika kita tidak bisa menerima perbedaan, hidup takkan berjalan dengan semestinya. Perbedaan bisa mencakup hal apa saja. Entah itu fisik, suku, budaya, ras, agama, kebiasaan, tingkat kecerdasan, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, hobi, passion, bakat, dan pandangan hidup. Perbedaan bisa terjadi dalam skala kecil maupun skala besar.

Pendapat, ide, gagasan, atau pandangan hidup bisa berbeda-beda antara satu individu dengan individu lainnya. Orang yang sepemikiran dengan kita sekali pun, orang yang punya banyak kesamaan dengan kita, bisa saja berbeda pendapat dengan kita suatu saat nanti. Perbedaan pendapat bisa terjadi dimana saja. Di dalam keluarga, lingkungan kerja, jaringan pertemanan, media sosial, dan lingkungan masyarakat. Perbedaan pendapat tak bisa dihindari. Bahkan orang-orang yang dekat dan saling mencintai pun bisa berbeda pendapat sewaktu-waktu.

Tiap orang punya cara sendiri untuk menyikapi perbedaan pendapat. Ada yang memendam perbedaan pendapatnya dalam diam. Ada pula yang terus terang mengungkapkannya. Tak sedikit pula yang memaksakan pendapatnya agar diterima. Padahal kita semua tahu, pendapat bisa diterima, bisa pula ditolak.

Kita tak bisa memaksakan orang lain menerima pendapat kita. Orang lain pun tidak bisa memaksa kita menerima pendapatnya. Berbeda pendapat wajar dan sah-sah saja. Akan tetapi, jangan sampai perbedaan pendapat memicu konflik dan merusak hubungan baik dengan orang lain.

Sering kali terjadi kasus keretakan hubungan karena perbedaan pendapat. Mereka yang mulanya dekat dan saling menyayangi tetiba menjauh hanya karena beda pendapat. Cinta dan kasih sayang luntur begitu saja tertelan perbedaan.

Akankah kita biarkan perbedaan pendapat yang terus memanas dan menuai konflik? Sebaiknya jangan dibiarkan. Ada beberapa cara untuk menyikapinya.

  1. Lebih baik diam

Berbeda pendapat memang tidak enak. Rasanya, ada saja yang mengganjal di hati kita. Selama memungkinkan, lebih baik diam. Diam bukan pertanda kelemahan. Melainkan untuk menekan risiko konflik. Meski terasa sakit bila kita memendam perbedaan pendapat di dalam hati dan mendiamkannya. Diam dalam perbedaan pendapat dapat membantu kita untuk lebih sabar. Sebab diam mengajarkan kita kesabaran dan proses menahan diri.

  1. Ungkapkan dengan lembut

Sering berbeda pendapat dan memendamnya dalam diam? Lama-lama sakit juga. Bila situasi sudah tak memungkinkan untuk diam, cobalah ungkapkan perbedaan pendapat. Ungkapkan dengan lembut, halus, sabar, dan penuh kasih. Kita boleh mengatakan pendapat yang berbeda. Asalkan jangan sampai menyakiti dan melukai perasaan orang lain. Jagalah perasaan orang lain selagi kita mengungkapkan pendapat yang berbeda.

  1. Diskusikan pelan-pelan

Saat perbedaan pendapat sudah diungkapkan, cobalah mendiskusikannya. Pelan-pelan saja. Cobalah bermain halus di sini. Sebelum mengungkapkan sesuatu dalam diskusi, pikirkan baik-baik apa yang akan kita katakan. Jangan bereaksi langsung karena saat bereaksi secara langsung, emosilah yang lebih banyak berperan. Tetap utamakan logika dalam diskusi. Diskusi bukan untuk mencari pembenaran. Melainkan untuk menemukan jalan tengah atas perbedaan itu. Saat berdiskusi, jangan paksakan orang lain agar menerima pendapat kita. Bukan pembenaran yang dicari, tapi solusi dan penyelesaian.

  1. Dengarkan dan hargai

Belajarlah untuk mendengarkan pendapat orang lain. Meski berbeda dari kita, hargailah. Perbedaan itu wajar. Jangan mencari-cari kesalahan orang lain saat ia mengemukakan pendapat yang berbeda. Dengarkan saja dan hargailah pendapatnya. Tiap orang berhak memiliki pendapat yang berbeda.

  1. Pisahkan pendapat dengan cinta

Poin terakhir ini untuk mereka yang saling mencintai dan berbeda pendapat. Cinta dan perbedaan pendapat adalah dua entitas yang terpisah. Berbeda pendapat boleh saja. Jangan kaitkan dengan perasaan cinta dan kasih sayang. Jangan berhenti mencintai orang lain hanya karena berbeda pendapat dengannya. Perbedaan pendapat bukan alasan untuk berpisah. Tetaplah cintai dia dengan segala persamaan dan perbedaannya. Anggap saja perbedaan adalah warna dari cinta.

Kompasianer, siapkah menyikapi perbedaan pendapat dengan bijak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun