Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orang Lain Butuh Kita, Temanilah

21 April 2017   07:49 Diperbarui: 21 April 2017   17:00 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Begitu kita tahu dia sedang bersedih, stress, frustasi, dll, dekati dia. Perlihatkan niat baik kita. Buat dia nyaman dengan kehadiran kita. Kalau kita ragu menanyakan kenapa dia terpuruk atau ragu melakukan kontak fisik padanya, cukup dekati dia dulu. Pastikan dia merasakan kehadiran kita.

2. Dengarkan dan tanggapi

Saat dia telah siap menumpahkan beban dan emosinya, jadilah pendengar yang baik. Dia ingin menangis, izinkan saja. Jangan menyuruhnya berhenti. Sediakan pundak kita untuk tempatnya bersandar. Ulurkan tangan kita untuk mengusap air matanya. Dia ingin berbicara panjang lebar, berkeluh kesah, dan mencurahkan isi hatinya, dengarkan dengan sabar. Terkadang orang lain butuh didengarkan. Kalau perlu, beri respon. Asalkan respon positif dan membesarkan hati. Jangan pernah sekali pun menghakimi, menyalahkan, atau menyudutkannya. Betapa pun tidak masuk akal  cerita dan perasaannya.

3. Pahami perasaannya

“Kamu tahu nggak sih? Dia nggak jujur sama aku...kenapa dia menghilang begitu lama dan nggak mau jujur? Sakit, kan?”

“Bayangin kalo kamu jadi aku. Kurang apa aku sama dia? Aku selalu ada buat dia, bujuk dia buat mau hypnotherapy lagi biar lebih cepat sembuh,  aku support dia, tiap hari aku kasih waktu buat dia meski aku sibuk. Tapi kenapa dia kayak gini sama aku? Nggak peduliin aku, nggak jujur sama aku, sok sibuk bikin tesis, ngakunya di asrama itu susah komunikasi karena Cuma ada satu handphone di sana,  nggak pernah ada pas aku mau bicara sama dia. Sakit rasanya...”

“Iya, aku paham. Aku ngerti gimana perasaan kamu. Jangan sedih...ya?”

Bagi orang yang belum terbiasa, ini sedikit sulit. Pahamilah perasaan orang lain, meski terkesan tidak logis dan kekanak-kanakan. Cobalah tempatkan diri kita dalam posisinya. Rasakan kesedihannya, kekecewaannya, luka batinnya, dan kemarahannya.

4. Biarkan dia mengekspresikan kesedihannya

Ada banyak cara untuk mengekspresikan emosi. Menangis, berteriak, melemparkan barang-barang, mengeluh, atau terdiam tanpa ekspresi. Biarkan dia melampiaskan emosinya. Beri dia kesempatan untuk melakukan itu. Jangan sampai emosi negatif terpendam. Meski demikian, kita boleh melakukan intervensi saat pelampiasan emosi itu dirasa membahayakan. Misalnya dengan makan terlalu banyak, melukai diri sendiri atau orang lain, melakukan percobaan bunuh diri, dll.

6. Hibur dan tenangkan dia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun