Mohon tunggu...
Mayangthika
Mayangthika Mohon Tunggu... Guru - Guru || Penulis

~ Hujan kecil penghujung November ~

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inilah Cara Agar Toxic Positivity Tetap Menjadi Positif

31 Juli 2021   12:50 Diperbarui: 31 Juli 2021   13:03 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar : Olah Pribadi di Canva

Sebagai seorang manusia biasa, kita tentu ingin hidup yang menyenangkan, terhindar dari masalah, dan selalu diliputi aura positif. Perasaan baik-baik saja memang menyenangkan dan baik sehingga menunjukkan kesedihan, kegalauan, dan kelemahan sering menjadi pantangan. Selain kita tidak mau membuat orang lain khawatir, juga tidak mau orang lain mengasihani atau memandang kita lemah.

Menjadi sosok yang kuat dan tidak pernah terlibat masalah memang menyenangkan. Tapi kenyataannya, hidup memang penuh dengan masalah rumit yang harus dipecahkan manusia. Dari sana, manusia juga akan semakin berkembang. Masalah, kesedihan, kegamangan, kegaualuan, dan rasa kalut menghadapi hidup yang rumit itu mutlak ada.

Rasa bahagia,  sakit, sedih, marah, kecewa, dan bahkan benci pun membawa pesan tersendiri untuk kita. Karena itulah yang menjadikan kita, mau tidak mau, harus belajar menghadapinya. Di saat ini kita butuh suntikan energi positif untuk membantu kita melalui ujian ini.

Beberapa kalimat motivasi atau penyemangat memang sangat di butuhkan, namun bila kita tidak pandai menempatkan pada posisi yang tepat bisa jadi kalimat penyemangat itu malah akan berbalik menjadi kalimat yang tidak lagi memiliki "nyawa" yang positif lagi. Atau tidak menutup kemungkinan akan menambah parah rasa sakit, sedih, kecewa dan marah itu.

Ada beberapa cara agar toxic positivity tetap menjadi positif.

Hanya ingin di dengar.

Orang yang sedang merasakan sedih, marah, dan kecewa, rata-rata mereka hanya ingin mengeluarkan emosi yang sedang bergejolak di dalam hati dan pikirannya.

Dengarkan saja apa yang mereka katakan karena itu adalah ekpresi yang ada di dalam pikiran dan hatinya.

Berikan beberapa waktu pada mereka sampai habis semua apa yang ingin mereka ungkapkan. Memang ini adalah sesi yang paling membosankan karena kita hanya menjadi pendengar yang baik. Kalimat positif tidak akan masuk ke dalam hati dan pikiran mereka bila semua keganjalan di hati mereka belum habis.

Jadi dengarkan saja jangan memberikan masukan apapun.

Belajar berempati dengan baik.

Posisikan diri kita ke dalam kondisi mereka adalah jalan satu-satunya agar kita mengetahui seberapa sakitnya mereka.

Kalimat "Sabar, masalah kamu itu belum separah dengan masalah yang saya hadapi." atau  "Sudahlah, kaya gitu aja jangan di anggap hal yang parah. Itu belum seberapa." adalah kalimat yang paling pantang kita ucapkan.

Memang masing-masing dari kita memiliki masalah yang berbeda. Namun kalimat itu tidak sepantasnya kita ucapkan karena itu seakan-akan kita sedang membandingkan masalah yang mereka hadapi dengan masalah kita. Dan seolah-olah menunjukkan betapa lemah dan cengengnya mereka.

Simpan dulu ego kita sebentar karena mungkin saja mereka lebih membutuhkan keberadaan kita dan berempatilah dengan baik agar mereka menjadi nyaman kepada kita.

Ucapkan kalimat yang benar di waktu yang tepat.

Maksud hati memberi motivasi,tapi karena kita salah memilih kalimat dan waktu penyampaian malah menjadi berbalik negatif pada kita.

Bagi saya, kata sabar itu dalam hal ini adalah tabu diucapkan. Seperti sebuah kata yang klise. Selama mereka tidak bersikap frontal, arogan, atau tidak menjadi gila saja itu sudah termasuk sabar. Dan sebagian dari mereka pastinya tahu bahwa mereka juga harus sabar. Jadi tidak perlu lagi kita mengingatkan dengan kalimat sabar.

Kalimat yang paling baik (menurut saya) adalah "Pastinya berat ya untuk melalui ini semua. Kalau saya menjadi kamu, pasti sudah tidak kuat. Ayo kamu pasti bisa melaluinya." Ucapkan kalimat ini adalah ketika mereka telah memasuki tahap colling down atau sudah mulai tenang, tidak lagi dengan emosi yang menggebu-gebu.

Hidup memang tidak mungkin lepas dari masalah, bukan kewajiban kita untuk merasa baik-baik saja sepanjang waktu. Setiap masalah ada untuk dihadapi dan diselesaikan. 

Bila kita lelah menghadapi masalah, berhenti sebentar untuk mengambil nafas. Menunjukkan kesedihan dan kegalauanmu juga bukan sesuatu yang dilarang dan tidak akan membuat kita lebih lemah daripada orang lain. Toh, kita juga manusia biasa dan masih membutuhkan bantuan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun