dan bener, dia sering datang, duduk manis di pojok, kadang nulis-nulis sendiri.Â
Aku pernah iseng nanya, kamu suka nulis ya?Â
dan dia jawab sambil senyum, Iya, tapi cuma buat diri sendiri.
dari situ aku tahu, dia tipe yang gak banyak ngomong, tapi punya banyak hal di kepala.
Aku suka Alya, bukan karena dia cantik, pintar, atau punya sesuatu yang spesial.Â
aku suka dia... ya karena dia aja.Â
Gak ada alasan, kalau dekat dia, rasanya tenang, kayak pulang ke rumah, tapi dia ramah ke semua orang, jadi aku bingung, dia ada rasa juga gak ya?
kami semakin lama makin deket.Â
nongkrong bareng, ngobrol, tapi dia sering cerita tentang cowok lain, Rasanya sakit, tapi aku tetap ada buat dia. Temen-temen bilang aku bodoh, tapi aku cuma bisa jawab, Gak tahu gue cuma pengen ada buat dia.
Sampai suatu hari dia menjauh. Setelah lama gak muncul, dia cerita kalau dia patah hati bukan karena gagal jadian, tapi karena ditinggalin harapan.Â
Hari itu dia bersandar di bahuku dan bilang, "Mungkin aku terlalu fokus sama orang yang gak lihat aku, padahal ada yang selalu ada. Hatiku gemetar, tapi aku tetap diem.
Setelah itu dia mulai berubah, lebih perhatian, lebih sering nyari aku.Â