Belum seratus hari memasuki tahun 2021 publik dibuat terhenyak dengan 3 kasus yang melibatkan oknum polisi di negeri ini. Kasus yang pertama adalah penggerebekan Kapolsek Astana Anyar Polrestabes Bandung dan belasan anggotanya oleh Divisi Propam Polda Jabar, atas dugaan penyalahgunaan narkoba, hari Rabu (17/2/2021).
Dilansir dari kompas.com Kepala Polisi Daerah (Kapolda) Jawa Barat Irjen Ahmad Dofiri mengatakan, awal mula adanya keterlibatan anggota ini berawal dari adanya laporan masyarakat bahwa salah satu anggota yang terindikasi menyalahgunakan narkoba. Propam Polda Jabar kemudian melakukan penelusuran hingga akhirnya menemukan keterlibatan anggota lainnya, termasuk keterlibatan Kapolsek Astana Anyar.
Kasus yang kedua, sangat membuat miris hati masyarakat atas tindakan bar-bar oknum polisi yang diduga kuat menembak mati 3 orang di sebuah kafe di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat pada hari Kamis pagi (25/2/2021).
Tiga korban tewas itu yakni seorang anggota TNI berinisial S serta dua pegawai kafe berinisial FSS dan M. Satu pegawai kafe lainnya, H, mengalami luka dan telah dibawa ke rumah sakit. "Tindakan kekerasan dan penembakan dilakukan oleh Saudara Bripka CS, tadi pagi sekitar jam 04.00 WIB di Cengkareng, Jakarta Barat," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran, Kamis siang.Â
Kasus yang ketiga terjadi di penghujung Februari yaitu dugaan pembunuhan oleh seorang oknum polisi berinisial Aipda RS terhadap 2 orang gadis di kota Medan. Dilansir dari kompas.com oknum polisi yang bertugas di Polres Pelabuhan Belawan berinisial Aipda RS ditetapkan tersangka atas kasus pembunuhan.
Adapun korbannya adalah dua orang wanita muda berinisial RP (21) dan SNT (16), warga Lorong VI, Veteran Bagan Deli, Kecamatan Medan Melawan, Kota Medan. Kasubdit Penmas Polda Sumut, AKBP MP Nainggolan mengatakan, kasus pembunuhan itu berawal dari masalah sepele, yaitu korban RP yang merupakan pekerja harian lepas (PHL) di Polres Pelabuhan Belawan dilarang tersangka saat hendak menitipkan barang di sel tahanan. Selanjutnya terjadi cekcok diantara mereka, dan terjadi kasus pembunuhan pada hari berikutnya.
Mengapa Ada Oknum Polisi Berperilaku Demikian?
Polisi bukanlah makhluk super yang sempurna terbebas dari kesalahan dan kegagalan. Hal yang membedakan antara polisi dengan masyarakat adalah seragamnya, tentu seragam merupakan simbolisasi berbagai atribut yang lebih dalam membedakan antara seorang polisi dengan masyarakat.
Jika ditilik dari sudut pandang institusi maka jelas bahwa seragam menandakan perubahan atau perbedaan status seseorang yang dulunya warga sipil kemudian telah memiliki sejumlah keunggulan sehingga lolos seleksi untuk diangkat menjadi anggota polisi.
Dalam perjalanan waktu setiap pencapaian kompetensi dan prestasi seorang polisi ditandai dan dihargai dengan berbagai simbol yang melekat pada seragamnya. Berbeda dengan masyarakat umum, tidak semua terikat dengan institusi yang memiliki sistematika organisasi yang terstruktur, sehingga tidak diperlukan hal-hal simbolik untuk menandai eksistensinya.
Namun tidak boleh dilupakan, bahawa sekalipun masyarakat adalah warga sipil, keunggulan masyarakat adalah mereka inilah komunitas besar yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, sosial, ideologi, politik, keamanan, dan pertahanan. Berbagai dinamika yang ada didalamnya membuat keberadaan polisi dibutuhkan, perannya diperlukan, eksistensinya disediakan.
Sebagai institusi senior yang berusia hampir sama dengan usia negeri ini, tentu Polri memiliki sistem internal yang mumpuni. Namun demikian mengapa ada kasus perilaku anggota yang hanya terjadi sekali atau dua kali namun tingkat keparahannya sangat tinggi dengan akibat yang ditimbulkan sangat fatal? Mari fokus melihat dari sisi polisi juga manusia biasa, sebagai berikut: