Mohon tunggu...
Lani Mc
Lani Mc Mohon Tunggu... lainnya -

biasa aja. Suka nulis apa saja, suka jalan-jalan dan makan ;p

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Ringan

13 Agustus 2012   23:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:49 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

KUCING  MITZY

Oleh : Lani

Disuatu pagi yang cerah, keluarga bu Ani sangat sibuk. Anak perempuan satu-satunya yang bernama Sasa menyiapkan sarapan pagi. Setelah selesai, Sasa membantu Ibunya menata kue-kue untuk di jual di pasar. Mitzy adalah kucing kesayangan Sasa yang dipelihara sejak lahir. Kemana-mana mereka selalu berdua.

Setelah sampai di pasar, bu Ani menggelar dagangannya. Dengan sabar menunggu pembeli sambil tersenyum dan berkata “kue-kue-kue.” Sudah setengah jam namun belum ada pembeli yang menghampirinya. Tidak biasanya suasana pasar sepi, banyak toko-toko yang sengaja tidak berjualan. Setelah dua jam berlalu, ada seorang pembeli yang memborong dagangan bu Ani. Senyum bu Ani pun melebar, itu berarti bu Ani bisa pulang lebih cepat dan bisa mengerjakan tugas yang lain. Namun, tanpa disadarinya sekelompok pemuda pengangguran menghampiri bu Ani dan merebut paksa uangnya. Bu Ani berteriak minta tolong. Tolong-tolong-tolong! Para pemuda itu hanya tertawa tidak peduli.

Bu Ani sangat sedih karena tidak bisa berbuat apa-apa. Tiba-tiba Sasa berdiri dihadapannya dan tangannya menggenggam uang. “Sasa,” kata bu Ani. Sasa tersenyum diikuti Mitzy yang memainkan ekornya. “Maafkan kakak saya ya bu,” ucap seseorang yang berada dibelakang Sasa. Itu Randy, teman Sasa yang sangat menyukai anjing. Bu Ani pun bernafas lega dan bersiap-siap pulang. Wajah-wajah pemuda itu kecut, apalagi saat melihat anjingnya Randy dan kucingnya Sasa. Mereka kapok digigit keduanya.

Setelah sampai di rumah, Sasa meminta Ibunya istirahat. Selang satu jam, Sasa dan Randy bermain bersama anjing dan kucing peliharaan mereka. Anjing Randy bernama Dido. Mitzy dan Dido tidak pernah akur, selalu bertengkar namun tidak dengan Sasa dan Randy. Ketika Sasa dan Randy sedang sibuk menanam pohon dihalaman belakang, Mitzy dan Dido berkejar-kejaran. Merusak tanaman bunga kesayangan bu Ani. Mendengar ribut-ribut diluar, bu Ani bergegas dan berteriak-teriak mengusir Mitzy dan Dido. Akan tetapi Mitzy dan Dido tidak peduli dan terus saling menggigit. Akhirnya, bu Ani memukul mereka dan keduanya bersimpuh kelelahan.

Sementara itu Randy dan Sasa memanggil-manggil keduanya tetapi tidak menyahut. Bu Ani pergi kebelakang untuk mencuci baju. Mitzy dan Dido mengikuti dari belakang. Bu Ani sangat suka dengan air, apalagi kalau mencuci baju. Sasa dan Randy yang sudah ngosh-ngosh-an akhirnya menemukan mereka bersama ibu Ani. Sasa membantu ibunya mencuci dan Randy duduk bersama Dido dan Mitzy. Tiba-tiba Mitzy gelisah, Dido memelototinya. Randy merasa heran, sebab Mitzy terlihat seperti melawan musuh.

Sasa mematung, dilihatnya ular sedang melata dengan cepat menuju kaki bu Ani. Dengan sigap, Mitzy menerkam ular itu dan menggigitnya hingga ularnya mati. Dido menggonggong. Sasa segera menggendong Mitzy dan Randy membuang ular mati itu. Namun sayang, bisa(racun) ular telah menyebar ke seluruh tubuh Mitzy dan tidak lama kemudian Mitzy mati. Sasa menangis sangat keras. Sekarang dia tidak punya kucing lagi. Bu Ani pasrah. Mitzy sudah menyelamatkan nyawanya. Bu Ani menyesal telah memukul Mitzy sebelum kucing itu mati.

“Randy, Mitzyku mati,” Sasa sesenggukkan.

“Ya, aku turut sedih Sasa, tapi dia sudah menyelamatkan nyawa ibumu,” jawab Randy. Dido berkaca-kaca, teman berantemnya sudah tidak bergerak lagi. Dido menggoyang-goyangkan Mitzy dan menggigitnya namun Mitzy tetap diam. Lalu Dido menggonggong. Sasa menghapus air matanya dan menatap ibunya. Mereka berdua sangat penting, tapi jika harus memilih salah satu, Sasa akan memilih ibunya. Akan tetapi Sasa juga tidak bisa kehilangan Mitzy. Bu Ani memeluk Sasa.

Selang beberapa hari, Sasa masih sedih mengingat Mitzy. Kini tidak ada lagi yang menarik kaos kakinya kalau pulang sekolah. Tidak ada yang berlari menyambutnya kalau dia datang, menciuminya kalau lagi bermain. Tetapi, Sasa masih mempunyai ibu yang akan selalu mendekapnya dikala duka, lara dan bahagia. Selamat tinggal Mitzy... terimakasih sudah menyelamatkan ibuku. Ucap Sasa sambil meneteskan air mata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun