Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hentikan Lingkaran Setan dalam Dunia Guru, Pak Nadiem

27 November 2019   21:13 Diperbarui: 28 November 2019   03:23 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ucapan selamat hari guru begitu membanjiri media sosial tanggal 25 November kemarin. Saya nyaris mati rasa andai saja pidato Nadiem tidak menyentuh begitu. Seperti timbul harapan baru. Tukang ojeg saja kini naik kelas, begitupula mungkin nanti para Guru.

Ketentuan Pemberian Honor Yang Memprihatinkan

Semenjak saya lulus kuliah dari universitas Pendidikan tahun 2003 berarti sudah lebih dari dua menteri pendidikan yang berkuasa. Semuanya tak ada yang menyentuh dalam kesejahteraan guru. Bahkan untuk mengubah honor guru menjadi masuk akal saja tak ada yang berusaha.

Masuk akal di sini minimal dihitung jam hidup yang artinya 24 jam perminggu akan dibayar 24x4 untuk setiap bulan. Jika gaji hanya 10.000 perjampun pisalnya maka 24x 4x10.000=960.000 dengan hari kerja dibuat 3 hari dimana seharinya 8 jam pelajaran,masuk akalkan gaji segitu?nanti guru tersebut bisa mendapatkan tambahan disekolah lain .

Yang dibahas hanya kurikulum yang terus berganti. UN yang terus diformula. Kebijakan masuk sekolah yang terus berganti rupa. Kesejahteraan guru tetap wacana. Buruh sudah berapa kali bertambah upah,guru masih juga dibayar murah.

Angin segar didapat dari tunjangan sertidikasi,itupun harus menunggu 3 bulan sekali dengan perpanjangan waktu pembayaran 2x 2 bulan enggak perlu lapor karena tak akan ada respon.

Honor yang irit dengan pembayaran yang dipersulit mungkin karena sekolah yang bersangkutan tak bonafit,memiliki kekayaan seuprit namun berniat menyelenggarakan pendidikan. Di tambah siswa-siswa yang masuk ke sana dari kalangan ekonomi morat-marit. Semakin lengkaplah hati ini menjerit.

Namun memang keberadaan sekolah selain negri mutlak dibutuhkan . Karena tak semua siswa mampu diterima di sekolah negeri. Jumlah sekolah negeri terbatas,dengan lokasi yang  berjauhan sementar anak-anak yang mau sekolah jumlahnya ribuan.

Penerimaan Guru yang Asal Ada
Sekolah berdaya duit lemah ini kemudian tak memasang aturan ketat dalam penerimaan pengajar. Yang penting lulusan kuliahan dan mau mengajar. Tak ada seleksi ataupun audisi. Asal mau mengajar di sekolah yang honornya minim silahkan ambil kursi.

Mau mengajar betul apa tidak, mau dia  sering masuk atau sering mangkir ngajar, sekolah tak bisa berdaya,maklum mereka di gaji seadanya.

 Nah dari sisi ini jelas kualitas guru dipertanyakan. Beberapa kali saya pernah mengajar di sekolah begini. Kalau tak mengharapkan ridho Ilahi maka  yang mengajar sering makan hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun