Sekilas Tak ada yang aneh dengan angkot Cileunyi-Cicalengka ini. Karena saya akan menuju arah pintu tol Cileunyi, maka saya perlu menaiki dulu angkot trayek ini.
Jika biasanya saya dan si Cikal memilih duduk di depan bersebelahan dengan pak supir yang sedang bekerja dengan alasan supaya duduk lebih leluasa, maka kali ini kami memilih duduk di belakang.
Setelah duduk manis, dan senyam-senyum pada penumpang di depan, barulah saya tersadar ada yang tak biasa dari angkot ini.
Si Cikal mengambil buku kiat sukses berternak sapi, saya sempat beberapa kali menyimpan dan mengambil buku karena sepertinya judul bukunya bukan jenis fiksi melainkan seperti buku untuk para wirausaha.
Buku yang sempat saya buka dan baca adalah buku membuat minyak, sirup dan gula dari jagung. Sepertinya buku tersebut bagus, belum sempat saya lirik produksi dan penulisnya karena keburu terkagum-kagum pada taman bacan seadanya ini.
Di bawah rak buku tersebut, terpampang pengumuman untuk para pembaca. kurang lebih isinya mengatakan bahwa buku ini tak diperjual belikan, buku ini bukan untuk di bawa pulang, dan silahkan baca buku ini di dalam mobil. Kalau ada quote, kira-kira seperti inilah:
" Membaca adalah jembatan menuju sukses"rganti oleh smartphone.
Saya kok merasa tertampar. Berapa banyak buku yang saya habiskan saat diam di angkot sepeti ini? Jawabannya, tak ada. Berapa status yang dibuat dan dibaca di media sosial, jawabannya? Banyak. Padahal buku dulu adalah benda yang begitu saya suka. Membaca buku di angkot adalah hobi saya selain di toilet tentunya. Sekarang semua tePantas si Cikal susah bener ya kalau disuruh baca buki, lah saya juga jarang sekarang baca buku. Dia sudah menjadi peniru saya yang baik. Maafkan ibu Nak!
Ingin saya pindah ke depan dan mewawaancarai pak Supir. Ih bapak kok cerdas banget ya idenya menyediakan buku untuk dilahap para penumpang selagi menuju sampai ke tujuan.Â
Andai para pihak pendukung literasi tahu saya yakin akan banyak buku yang bisa disimpan untuk melengkapi taman bacaan ini. Sayang jarak saya dan supir terlalu jauh, dan saya memilih mendokumentasikan dulu angkot ini dengan harapan menjadi inspirasi untuk siapa saja.
transportasi angkot sudah tak lagi menjadi primadona. Angkot sekarang lebih banyak jumlahnya dibandingkan penumpangnya. Itulah mengapa sering menaiki angkot yang kosong seperti ini.
Semestinya berguna sekali adanya taman bacaan seadanya itu. SayangnyaEntah ya ni taman bacaan sudah berdiri dari tahun berapa, yang pasti semenjak 11 tahun yang lalu saya ikut suami pindah dari Bandung Ke Rancaekek, rasanya baru kali ini saya menemukan angkot unik ini.
Sayangnya perjalanan saya yang hanya 1-2 km membuat saya tak bisa meneruskan mewawancarai si supir tentang ide briliannya. Untuk mengambil sosoknya pun tak sempat karena dia keburu berlalu dengan angkotnya. Untunglah saya sempat memfoto angkot dan nomor kendaraannya.Â
Barang kali saja ada pihak yang bersedia melengkapi bukunya. Secuek-cueknya kalau melihat taman bacaan ini, paling tidak tertarik untuk melihat buku-bukunya. Seperti si Cikal yang langsung baca buku dengan khusyu padahal biasanya dia cuek lihat buku.
Mungkin boleh tuh ide taman bacaan ya diadopsi di transportasi masal serupa bus atau kereta api. Daripada bermain jari di smartphone mending bermain mata di barisan kata yang terpatri di tiap halaman buku...aiih bahasanya!
Kerenlah pak supir siapapun engkau.
Di balik daster kesukaan karena motif dan warnanya menggoda, selesai juga satu tulisan ringan.