Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

PENITI, Solusi Saya sebagai Menag

19 Juli 2018   09:46 Diperbarui: 23 Juli 2018   16:23 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seandainya aku jadi menag. Gambar pribadi

Seandainya saya jadi menag, yang pertama kali saya lakukan adalah mengadakan acara syukuran dululah!  Undang saudara, tetangga, dan rekan kerja kalau perlu anak panti asuhan sekalian mengundang Pak Ustadz yang terkenal. Kan ajaib, emak-emak biasa kayak saya bisa menduduki tahta tertinggi di Kemenag.

Yang pasti Bapak ibu saya akan bangga karena niat menunaikan ibadah haji mungkin akan lebih mungkin terlaksana jika anaknya yang jadi mentri.

Sayangnya orang-orang sekarang tuh ya, meskipun berada dikeramaian namun mereka memilih kesunyian. Dari pada mendengarkan Pak Ustadz yang memberi nasihat di acara syukuran saya, mereka lebih asyik membuka media sosial.

Maka jangan kaget kalau nanti pas acara syukuran yang hadir lebih banyak yang tertunduk dibanding menengadah. Bukan karena khusyuk sebenarnya,  tapi semata mereka asyik memainkan jari-jarinya . Apa yang ada di media sosial mereka kadang lebih penting dari apa yang disampaikan Pak Ustadz.

Padahal membuka media sosial jaman sekarang sering bikin kepala nyut-nyutan. Berita negatif berseliweran. Begitu cepat malah sebuah berita yang sama tersebar diberbagai grup media sosial.

Dalam waktu sepersekian detik berita hoaks yang persis sama mereka baca meski di beberapa grup berbeda. Apalagi di facebook atau instagram. Rawan mendapat serangan.

Tahu sendirikan ciri-ciri berita negafif?  Pertama,  Kalimat dibuat provokatif biar baru baca judulnya saja kepala sudah mendidih dibuatnya. Kedua tulisannya ditebalkan dengan huruf kapital dan warna mencolok, tujuannya supaya mata pembaca langsung terkunci. Ketiga Efek yang dihasilkan setelah membaca biasanya mereka marah ,benci, atau sebal.

Tapi mereka jarang memeriksa dulu kebenaran berita itu. Apalagi kalau berita negatifnya mengenai sosok atau tokoh yang memang tak mereka suka. Berita negatif itu serasa lebih menebalkan kebencian mereka, lalu tanpa mengecek dulu kebenarannya berita itu segera mereka lempar ke teman lain agar ada teman untuk membenci sehingga membencinya berjamaah.

Hmm.. , lupakan acara syukuran angan-angan itu. Sebagai menag, tugas saya di era digital ini adalah menangkis kabar negatif yang disinyalir akan memecahkan persatuan dan kesatuan Indonesia.

Tugas ini tak kalah pentingnya dibanding tugas lain. Kenapa? Karena tak jarang berita negatif yang beredar menyerang salah satu agama, atau mengadu dombakan antar agama.

Ini jelas bahaya karena mengancam keutuhan negara republik indonesia. Dan kalau jatuhnya bohong tapi dipercaya kan dosa ya? dosa adalah salah satu ranah keagamaan yang perlu dikurangi bahkan dihilangkan karena berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan (ehm.. Dalam banget).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun