"Semua PNS akan mendapatkan THR dan gaji ke-13, dan untuk tahun ini para pensiunanpun akan mendapatkan hak yang sama, " seperti itu kurang lebih penyampaian beritanya.Â
Kalimat  menyejukkan hati yang ditunggu-tunggu itu ternyata pertama kali didapat oleh Bapak Mertua, bukan oleh kami para pemburu berita THR itu selama ini.
Sorak sorai kami menyambut berita ini. Cipika -cipiki sebagai tanda bahagia. Sebenarnya ironis juga kabar itu ada saat kami sedang tidak menonton TV,saat saya sedang mengintip tetangga yang baru membeli mesin cuci, dan suami mojok di kamar karena asyik baca chat WA sana-sini.
Tapi, Â syukur juga sih berita itu langsung didapat oleh langsung calon penerima THR dan gaji ke-13 yang selama ini memberikan misi kepada kami untuk tidak melewatkan berita tersebut.
Karena usianya yang sepuh membuatnya sering terlewat berita penting karena bawaanya beliau sering ngantuk kalau lihat tv katanya.
Wajah renta mertua  Penunggu berita itu, tampak sumringah. Dia bahagia karena bisa beli sendal dan baju koko baru. Â
Dan yang juga membuatnya bahagia, dia bisa berbagi uang lebih banyak dari tahun lalu untuk cucu-cucunya.
Sementara Ibu mertua tampak "plong" karena baju lebaran yang sudah ditangan tapi belum sempat dibayar karena menunggu pencairan bisa ditambah lagi.
Kami tersenyum kecut. Â Meski turut bahagia pada bapak Mertua yang berhak mendapat THR karena merupakan pensiunan PNS, namun tak dipungkiri merasa tergoda juga untuk mendapat jatah yang sama dari pemerintah.
Apalah daya suami tercinta hanya guru honorer di sekolah swasta. Nampaknya tidak ada SK guru honorer dapat jatah THR atau gaji ke 13. Meski kerja kerasnya sama, meski tugas mulianya mencerdaskan anak bangsa serupa, namun seperti inilah kenyataanya tiap tahun.Â
Jikapun ada uang lebih yang diterima suami bulan ini, semata karena kebijakan sekolah yang mencairkan honor dua bulan sekaligus juni, dan Juli karena liburan panjang yang memang dari Juni sampai Juli akan menyebabkan ibu bendahara berlibur juga.Â