Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Asi untuk Miyuni

1 Oktober 2016   19:20 Diperbarui: 1 Oktober 2016   19:27 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat Miyu sudah kembali ke ruangan, Akupun harus mencari tempat untuk memejamkan mata hingga waktu menyusui kembali tiba. Untunglah ada di kursi tunggu. Hawa malam yang dingin kuabaikan. Aku berusaha tidur.

Karena memang tak nyaman, maka tidurkupun tak lelap. Sesekali aku terbangun dan melihat jam. Khawatir jadwal menyusui terlewatkan. Ketika tepat dua jam maka Akupun mendatangi ruangan bayi. Kadang Miyu masih terlelap sehingga Akupun terantuk-kantuk kembali di ruangan menyusui.

Dua malam terlewati tanpa kasur empuk dan kehangatan rumah. Tapi aku tak ingin mengeluh yang penting Miyu terus mendapatkan pasokan ASI dan ASIKupun akan terus mengalir.

Di hari ke tiga Miyupun sudah boleh pulang. Kebahagiaan dan harapan terus memberikan ASI membuatku semangat untuk melewati hari-hari cuti sebelum akhirnya aku kembali bekerja.

Agar proses pemberian ASI lancar hingga 6 bulan. Akupun mencari informasi ASI sana-sini. Sebelum tiba masa masuk kerja aku harus sudah menyiapkan ASIP yang akan menggantikan pemberian ASI langsung.
Proses memerah dan menyimpan ASIpun ternyata tak mudah. Ketika selesai menyusui kadang lelah untuk memerah inginnya ikut tertidur bersama Miyu. Lalu seringkali sengaja memilih tengah malam untuk memerah ASI agar tak mengganggu Miyu.

Namun godaan untuk tidur tetap menghantui. Atau saat subuh dimana ASI sedang melimpah-limpahnya, meski masih terantuk-kantuk tapi tetap kupaksakan diri untuk Memerah setetes demi setetes ASi yang keluar. Semakin terbiasa memerah semakin banyak volume ASI yang didapatkan.


Tibalah masanya masuk kerja. Hatiku tak gundah karena ASIP telah siap di freezer. Beberapa botol dan dotnya sudah disiapkan. Sebelum pergi standar operasi pemberian ASIP telah kusampaikan pada Ibu mertuaku.
Satu hari, dua hari tak ada masalahnya.

Di hari ketiga ada keanehan terjadi, menjelang tidur saat kutawari menyusui langsung Miyu menangis dan menolaknya. Akupun panik. Sambil memenangkannya aku mencari informasi apa yang terjadi .Setelah ku analisis ternyata Miyu terdampak "bingung puting" keadaan dimana dia kebingungan membedakan cara menyedot dot dan puting. Dia memperlakukan puting laksana dot. Namun karena tidak ada ASI yang keluar diapun marah dan tak sabar.

Berdasarkan informasi yang kudapatkan dari sebuah grup Ibu menyusui di media sosial yaitu Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia atau lebih dikenal AIMI ternyata menyedot ASI lewat dot itu sangat mudah. Tinggal menggerakkan sedikit mulut maka susupun keluar. Sementara pada penyedotan lewat puting Ibunya ada gerakan otot dari mulut sang bayi yang akan terus merangsang ASI supaya mengalir terus.

Sadar akan kesalahan fatal ini, Akupun membuang semua dot yang sudah dibeli. Untuk mempermudah pemberian ASIP Akupun menggunakan media pipet. Proses pemberianyapun tentu tidaklah mudah. Aku sengaja meliburkan diri demi membiasakan proses ini.

Alhamdulillah Ibu mertuaku mau mencoba memberikan ASIP dengan cara ini. Meski sungguh sebenarnya tak enak harus menambah berat prosedural pemberian ASIP. Syukurlah beliau mau mengerti .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun