Mohon tunggu...
Mega Nugraha
Mega Nugraha Mohon Tunggu... Lainnya - Jalan-jalan, mikir, senang

Suka jalan-jalan, suka tempat wisata Indonesia...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Resensi Film Branded: Strategi Media Mengusir Kapitalisme di Rusia

31 Oktober 2012   02:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:11 2733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kapitalisme itu yang membuat laki-laki dan perempuan menjadi gendut dan merasa tidak percaya diri kemudian harus rela menjadi calon penderita diabetes. Kapitalisme itu membuat semua orang memiliki kolesterol tinggi sehingga harus mati karena jantungan. Kapitalisme itu membuat kita menjadi lupa dengan kesadaran absolute, sehingga harus menghalalkan segala cara untuk selalu update dengan semua gadget terbaru.

Paling tidak hal itu yang bisa saya simpulkan dalam film Branded. Film dengan latar belakang kota Moskow di Rusia dan mengisahkan seorang pengusaha advertising yang mengagumi Lenin, bernama Mischa, seorang warga Rusia. Satu lagi, Abby Gibson seorang warga Amerika Serikat yang mengagumi cara Mischa dalam mengiklankan sebuah merek melalui iklan hingga mengilusi semua penduduk Moskow.

Film ini juga bisa jadi mengagendakan marketing propaganda ala komunis untuk mensubordinasikan dominasi kapitalisme yang sangat berjejal melalui produk iklan televisi, bilboard, spanduk, poster dengan kalimat-kalimat yang mengilusi dan mengaburkan kesadaran masyarakat.

Film ini juga mengisahkan bagaimana kondisi kota-kota di Rusia yang tidak penat sebelum kedatangan Mc Donalds, Coca Cola dan Marlboro.Namun, setelah produk Amerika tersebut memasuki ruang-ruang publik Rusia, kesadaran ilusionis mulai mewabah seiring dengan maraknya iklan-iklan melalui televisi, papan-papan reklame raksasa di setiap sudut kota, flyer hingga poster di setiap dinding rumah dan apartemen.

Saking semuanya sudah memiliki kesadaran yang ilusi, Mischa pun memanfaatkan kondisi tersebut dengan membuat sebuah reality show. Reality show tersebut bercerita seorang perempuan yang gendut karena terlalu banyak mengkonsumsi daging dari sebuah restoran cepat saji. Kemudian, dengan merek sebuah produk kosmetik yang ia iklankan, perempuan gendut tersebut bisa kembali langsing. Namun, bukan langsing yang perempuan itu alami, malah berujung dengan koma.

Strategi iklan Mischa pun gagal sehingga ia dituduh bertanggung jawab atas komanya sang perempuan gendut dan ia terusir dari kota Moskow.

Di tempat pengasingannya, ia bak petapa yang mentafakuri kehidupannya dan menjadi seorang penggembala sapi. Menjalani hari-hari sebagai seorang penggembala sapi membuat Mischa, menaruh respek terhadap liberalisasi hewan sebagai makhluk hidup. Pada satu malam, ia mengalami hal semacam mistis dengan sapi-sapinya.

Lantas, kemudian Abby membawa kembali Mischa ke kota Moskow. Namun, setelah mengalami hal-hal aneh dengan sapi-sapi tersebut, Mischa memiliki semacam indera ke enam. Ia bisa melihat makhluk-makhluk aneh dalam setiap orang yang memakan daging dari restoran cepat saji. Ia pun bisa melihat bagaimana bangunan-bangunan restoran yang menyajikan daging, dipenuhi oleh makhluk-makhluk aneh tersebut.

Setiap orang yang mendatangi bangunan tersebut untuk membeli daging, makhluk-makhluk tersebut semakin membesar dan semakin menjulang ke langit.

Mischa pun mempelajari mengenai mekanisme kerja mereka. Sehingga, ia membuat sebuah terobosan dengan kembali membuat sebuah perusahaan advertising. Proyek pertamanya, ia diminta oleh investor dari China untuk membuat sebuah strategi marketing untuk kepentingan iklan restoran vegetarian di kota Moskow yang didominasi oleh restoran-restoran cepat saji asal Amerika Serikat.

Hal itu bukan perkara mudah karena realitas bahwa semua warga Moskow adalah penikmat makanan hewani di restoran-restoran cepat saji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun