Mohon tunggu...
GUSTI NGURAH ALIT TRIANGGA
GUSTI NGURAH ALIT TRIANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha, Program Studi D4 Kimia Terapan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sang Hyang Widhi Wasa: Wujud Lokal dari Ketuhanan Hindu di Bali

5 Oktober 2025   07:31 Diperbarui: 5 Oktober 2025   08:03 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Setiap peradaban memiliki caranya sendiri dalam memahami dan menyebut Tuhan. Di India, tempat lahirnya agama Hindu, Tuhan sering disebut dengan istilah Brahman, Ishvara, atau melalui manifestasi seperti Brahma, Wisnu, dan Siwa. Namun, ketika Hindu berkembang di Bali, muncullah istilah khas yang begitu akrab di telinga masyarakat: Sang Hyang Widhi Wasa. Nama ini bukan sekadar sebutan, tetapi juga sebuah jembatan antara ajaran ketuhanan Hindu yang mendalam dengan budaya Nusantara yang sarat dengan nilai lokal.

Pertanyaan yang sering muncul adalah, mengapa konsep "Sang Hyang Widhi Wasa" tidak dikenal di India? Apakah ini ajaran baru, atau bentuk lain dari penafsiran terhadap Brahman? Untuk menjawabnya, kita perlu menelusuri akar sejarah, budaya, dan filosofi agama Hindu sebagaimana ia hidup di tanah Bali.

Asal-usul Istilah Sang Hyang Widhi Wasa

Istilah Sang Hyang Widhi Wasa muncul pada awal abad ke-20, di masa ketika umat Hindu Bali berusaha menegaskan jati diri agamanya di tengah pengaruh kolonialisme dan misi keagamaan dari luar. Tokoh penting dalam pembentukan istilah ini adalah I Gusti Bagus Sugriwa dan Ida Ketut Jelantik, dua tokoh besar yang memiliki visi untuk meneguhkan Hindu sebagai agama monoteistik di Indonesia.

Kata "Widhi" dalam bahasa Sanskerta berasal dari akar kata vidh, yang berarti hukum, aturan, atau tatanan. "Wasa" berarti penguasa atau yang berkuasa. Jadi, Sang Hyang Widhi Wasa dapat dimaknai sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala hukum dan tatanan alam semesta. Dalam konteks ini, istilah tersebut merupakan terjemahan kultural dari konsep Brahman---realitas tertinggi dan kekal yang menjadi sumber, pemelihara, serta tujuan akhir dari segala yang ada.

Dengan demikian, Sang Hyang Widhi Wasa bukanlah dewa baru yang diciptakan oleh masyarakat Bali, melainkan penyesuaian linguistik dan budaya agar konsep ketuhanan Hindu dapat diterima dan dimengerti dengan lebih mudah oleh masyarakat Nusantara yang kala itu memiliki latar budaya berbeda dari India.

Adaptasi Agama dan Budaya

Ketika agama Hindu masuk ke Nusantara sekitar abad pertama Masehi, ia tidak datang sebagai sistem yang kaku. Hindu hadir dengan semangat dialog dan adaptasi. Ia bertemu dengan budaya lokal yang telah mengenal konsep hyang---roh suci yang dipuja di tempat-tempat sakral seperti gunung, pohon, atau pura.

Kata "hyang" sendiri merupakan istilah asli Nusantara yang telah lama digunakan sebelum kedatangan Hindu. Dalam sistem kepercayaan masyarakat Austronesia, hyang adalah kekuatan gaib atau entitas spiritual yang dihormati karena dianggap memiliki kuasa atas kehidupan manusia dan alam.

Ketika ajaran Hindu bertemu dengan konsep lokal ini, terjadi asimilasi makna. "Hyang" kemudian dihubungkan dengan Tuhan tertinggi dalam Hindu, sehingga lahirlah istilah "Sang Hyang Widhi Wasa." Dengan cara ini, ajaran Hindu tidak menghapus budaya lokal, melainkan merangkul dan menyucikannya dalam bingkai filsafat ketuhanan yang lebih luas.

Perbedaan Kontekstual dengan Konsep Tuhan di India

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun