Mohon tunggu...
Lalang PradistiaUtama
Lalang PradistiaUtama Mohon Tunggu... Penulis - Ayah satu anak

Bekerja di Dinas Kominfo dan S2 Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pecah Kongsi Berawal dari Komunikasi yang Buruk

5 Maret 2021   09:41 Diperbarui: 5 Maret 2021   09:45 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pecah Kongsi di Jawa Tengah

Masyarakat tidak akan tahu seperti apa yang sebenarnya terjadi. Di balik layer seperti apa buruknya proses komunikasi anta relit dan akan tahu jika mereka mempertontonkan suatu yang tidak baik. Bagaimana di Jawa Tengah? Obrolan Warkop (Warung Kopi) masyarakat di Jawa Tengah agaknya sudah mencerminkan kemapanan bagaimana mereka membaca komunikasi politik para elit.

Pecahnya kongsi politik baik secara elegan maupun yang kasar mereka (masyarakat Jateng) sudah paham. Pendidikan politik masyarakat Jateng sudah sedikit mapan bahkan hingga tingkat komunikasinya.

Teranyar, pecah kongsi di Jawa Tengah ditunjukkan secara terbuka oleh salah satu kota di Jawa Tengah. Sang Walikota yang sedang dinas luar daerah 'dipermalukan' oleh orang (yang diduga) Wakil Walikota atas dugaan kepemilikan dan penyalahgunaan Narkoba. Ternyata, saat apparat menggerebek sang Walikota, tidak ditemukan barang terlarang yang dimaksud dan hasil test urine menunjukan sang Walikota negative Narkoba.

Jelas si Walikota tidak terima. Walikota tersebut balik melaporkan kawan yang kini 'rival' ke Polda Jateng dengan tiga tuduhan yaitu pencemaran nama baik, perbuatan tidak menyenangkan dan rekayasa kasus. Hal itu jelas menunjukan buruknya komunikasi di antara keduanya yang public tidak tahu penyebabnya.

Upaya mendamaikan belum berhasil termasuk dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Masyarakat akan dirugikan, begitu kata Ganjar. Pelayanan public akan tersendat jika malah ini makin berlarut.

Ganjar sang mediator sebetulnya adalah role model sebuah keharmonisan komunikasi antar partner politik. Dalam membangun komunikasi dengan wakilnya, Ganjar cukup ulung bahkan di detik-detik akhir dengan siapa dia akan dicalonkan kembali pada 2018 lalu. Ketika menjadi Plt. Gubernur, Heru Sudjatmoko yang notabene adalah wakil Ganjar saat itu cukup legowo dirinya tidak dicalonkan lagi karena kebutuhan dinamisnya politik saat itu.

Hal itulah yang harusnya dicontoh oleh elit-elit di daerah karena sejatinya proses politik di Indonesia adalah 'pasrah bongkokan' kepada Parpol siapa saja yang akan dijodohkan pada perhelatan politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun