Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. IPA bertujuan menumbuh-kembangkan dan membentuk  pribadi peserta  didik  dengan  menyesuaikan  perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masa kini.
Tujuan pembelajaran IPA yang sudah mengandung konsep                                                                  yang mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi secara global. Ada delapan macam keterampilan genetic sains yaitu; (a)Pengamatan langsung tak langsung, (b)Pemahaman tentang skala, (c)Bahasa simbolik, (d)Kerangka logika kata-kata, (e)Hukum sebab akibat, (f)Kemampuan pemodelan, (g)Inferensi logika, (i)Membangun konsep. Melalui keterampilan generik sains peserta didik dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Berpikir tingkat tinggi adalah proses berpikir yang bisa mengaktifkan informasi yang baru dengan informasi yang didapat kemudian dihubungan untuk dapat menyelesaikan atau menemukan jalan keluar dari suatu permasalahan. SD merupakan lembaga pendidikan dasar yang siswanya berusia antara 7-12 tahun dan memiliki karakteristik selalu ingin tahu. Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini mengajak siswa agar peka terhadaap lingkungan. Dalam pembelajaran ipa SD berpikir kritis sangat dibutuhkan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi aspek analisis (C4), evaluasi (C5) dan mencipta (C6).
Pentingnya mengenali gaya belajar siswa sehingga guru bisa memvariasi gaya mengajar, metode pembelajaran, yang cocok diterpakkan pada proses pembelajaran. Perbedaan individu yaitu perbedaan kemampuan dan karakteristik (kognitif, kepribadian, keterampilan fisik, dan lain sebagainya) antar anak didik pada usia tertentu dan dalam setiap kelompok. Melalui praktik dan aktivitas pendidikan, kita dapat mengakomodasi perbedaan individual para siswa. Selain itu dalam usia sekolah dasar harus adanya pembiasaan agar tertananam karakter yang baik. Salah satu hal yang dapat dilakukan yaitu budaya literasi. Setelah mereka terbiasa maka tahap selanjutnya yaitu pengembangan dan pembelajaran. Perbedaan individu umumnya merupakan hasil hubungan/interaksi dari pengaruh hereditas/keturunan dan pengaruh lingkungan secara bersamaa yang akhirnya menciptakanatau menghasilkan manusia yang khas. Namun kondisi lingkungan termasuk kondisi dikelas juga memiliki pengaruh yang berarti terhadap kemampuan dan perilaku siswa. Hal lain yang mempenaruhi adalah Gaya belajar atau learning style merupakan cara seseorang dalam menyerap informasi/pelajaran, mengatur, dan mengola informasi tersebut untuk memecahkan masalah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yang di didasarkan pada kepribadian peserta didik masing-masing. Gaya belajar secara garis besar dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: gaya belajar visual, auditori dan kinestetik. Penggunaan media pembelajaran dapat membuat peserta didik lebih tertarik paham menerima pembelajaran dan memotivasi mereka untuk selalu belajar. Penggunaan media dapat meningkatkan hasil belajar dan semangat belajar peserta didik. Hal ini dapat membantu kesuilitan peserta didik dalam proses belajar sehingga meningkatkan pemahaman materi. Kelebihan lain media yaitu peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, memerankan, mendemonstrasikan.
Motivasi adalah satu faktor yang sangatlah penting dalam proses pembelajaran agar siswa lebih giat dalam belajar. Siswa yang merasa termotivasi akan sangat senang untuk belajar bahkan dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Dengan demikian, hasil belajar yang di peroleh siswa yang diberi motivasi akan menjadi semakin meningkat. Rasa  percaya  diri  yang  terbentuk  pada  diri  siswa  membuat  siswa  yakin  dengan  kemampuan yang  dimilikinya  sehingga  menjadikan  hal  tersebut  modal  untuk  motivasi  untuk  berprestasi  siswa. Rasa  percaya  diri yang terbentuk tersebut merupakan  manifestasi dari berbagai  tahapan  pembelajaran  berupa  pengalaman  belajar  yang  telah  dilaluinya.  Pengalaman  yang didapatkan  tersebut  membuat  siswa  menjadi  lebih  percaya  diri  dalam  mengerjakan  tugas  maupun menghadapi proses pembelajaran di kelas. Sehingga menjadi modal pemicu berprestasi siswa di sekolah. Apalagi pada masa sekolah, siswa merupakan masa untuk mengaktualisasikan dirinya di hadapan masyarakat sekolah maupun masyarakat di lingkungan rumahnya. Hubungan antara rasa percaya diri dengan motivasi berprestasi siswa dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar yaitu menciptakan sebuah bentuk positif. Korelasi yang positif  yang  terjadi  tersebut  diakibatkan  oleh  adanya  interaksi  yang  sangat  erat  didalamnya. Kepercayaan diri yang dimiliki siswa dalam mengerjakan tugas maupun dalam mengikuti pembelajaran  merupakan  modal  yang  sangat  utama  dalam  pembentukan  motivasi berprestasi  belajarIlmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. IPA bertujuan menumbuh-kembangkan dan membentuk  pribadi peserta  didik  dengan  menyesuaikan  perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masa kini.
Tujuan pembelajaran IPA yang sudah mengandung konsep yang mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi secara global. Ada delapan macam keterampilan genetic sains yaitu; (a)Pengamatan langsung tak langsung, (b)Pemahaman tentang skala, (c)Bahasa simbolik, (d)Kerangka logika kata-kata, (e)Hukum sebab akibat, (f)Kemampuan pemodelan, (g)Inferensi logika, (i)Membangun konsep. Melalui keterampilan generik sains peserta didik dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Berpikir tingkat tinggi adalah proses berpikir yang bisa mengaktifkan informasi yang baru dengan informasi yang didapat kemudian dihubungan untuk dapat menyelesaikan atau menemukan jalan keluar dari suatu permasalahan. SD merupakan lembaga pendidikan dasar yang siswanya berusia antara 7-12 tahun dan memiliki karakteristik selalu ingin tahu. Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini mengajak siswa agar peka terhadaap lingkungan. Dalam pembelajaran ipa SD berpikir kritis sangat dibutuhkan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi aspek analisis (C4), evaluasi (C5) dan mencipta (C6).
Pentingnya mengenali gaya belajar siswa sehingga guru bisa memvariasi gaya mengajar, metode pembelajaran, yang cocok diterpakkan pada proses pembelajaran. Perbedaan individu yaitu perbedaan kemampuan dan karakteristik (kognitif, kepribadian, keterampilan fisik, dan lain sebagainya) antar anak didik pada usia tertentu dan dalam setiap kelompok. Melalui praktik dan aktivitas pendidikan, kita dapat mengakomodasi perbedaan individual para siswa. Selain itu dalam usia sekolah dasar harus adanya pembiasaan agar tertananam karakter yang baik. Salah satu hal yang dapat dilakukan yaitu budaya literasi. Setelah mereka terbiasa maka tahap selanjutnya yaitu pengembangan dan pembelajaran. Perbedaan individu umumnya merupakan hasil hubungan/interaksi dari pengaruh hereditas/keturunan dan pengaruh lingkungan secara bersamaa yang akhirnya menciptakanatau menghasilkan manusia yang khas. Namun kondisi lingkungan termasuk kondisi dikelas juga memiliki pengaruh yang berarti terhadap kemampuan dan perilaku siswa. Hal lain yang mempenaruhi adalah Gaya belajar atau learning style merupakan cara seseorang dalam menyerap informasi/pelajaran, mengatur, dan mengola informasi tersebut untuk memecahkan masalah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yang di didasarkan pada kepribadian peserta didik masing-masing. Gaya belajar secara garis besar dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: gaya belajar visual, auditori dan kinestetik. Penggunaan media pembelajaran dapat membuat peserta didik lebih tertarik paham menerima pembelajaran dan memotivasi mereka untuk selalu belajar. Penggunaan media dapat meningkatkan hasil belajar dan semangat belajar peserta didik. Hal ini dapat membantu kesuilitan peserta didik dalam proses belajar sehingga meningkatkan pemahaman materi. Kelebihan lain media yaitu peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, memerankan, mendemonstrasikan.Â
Motivasi adalah satu faktor yang sangatlah penting dalam proses pembelajaran agar siswa lebih giat dalam belajar. Siswa yang merasa termotivasi akan sangat senang untuk belajar bahkan dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Dengan demikian, hasil belajar yang di peroleh siswa yang diberi motivasi akan menjadi semakin meningkat. Rasa percaya diri yang terbentuk pada diri siswa membuat siswa yakin dengan kemampuan yang dimilikinya sehingga menjadikan hal tersebut modal untuk motivasi untuk berprestasi siswa. Rasa percaya diri yang terbentuk tersebut merupakan manifestasi dari berbagai tahapan pembelajaran berupa pengalaman belajar yang telah dilaluinya. Pengalaman yang didapatkan tersebut membuat siswa menjadi lebih percaya diri dalam mengerjakan tugas maupun menghadapi proses pembelajaran di kelas. Sehingga menjadi modal pemicu berprestasi siswa di sekolah. Apalagi pada masa sekolah, siswa merupakan masa untuk mengaktualisasikan dirinya di hadapan masyarakat sekolah maupun masyarakat di lingkungan rumahnya. Hubungan antara rasa percaya diri dengan motivasi berprestasi siswa dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar yaitu menciptakan sebuah bentuk positif. Korelasi yang positif  yang  terjadi  tersebut  diakibatkan  oleh  adanya  interaksi  yang  sangat  erat  didalamnya. Kepercayaan diri yang dimiliki siswa dalam mengerjakan tugas maupun dalam mengikuti pembelajaran merupakan modal yang sangat utama dalam pembentukan motivasi berprestasi belajar