Ada satu "penyakit" yang hampir semua penulis fiksi pasti pernah alami. Bukan writer's block, bukan juga males riset. Tapi "selingkuh naskah". Yep, istilah ini biasa kami pakai saat lagi nulis satu naskah novel, eh di tengah jalan malah kepikiran ide baru yang lebih "menggoda". Akhirnya, naskah awal ditinggal begitu aja, padahal belum sampai bab lima. Dan lucunya, naskah baru pun belum tentu selesai karena bisa aja nanti datang ide lain lagi yang lebih fresh. Begitu terus sampai akhirnya ada tumpukan folder berisi naskah-naskah mangkrak. Relate?
Sebagai penulis fiksi, saya juga pernah ngalamin hal serupa. Waktu itu saya sedang mengerjakan satu cerita, alurnya sebenarnya udah lumayan mateng, tapi di tengah-tengah malah ngerasa stuck. Nah, tiba-tiba muncul ide cerita lain yang terasa lebih "klik" dan bikin semangat banget buat nulis. Akhirnya saya geser dulu naskah awal, fokus ke yang baru, dan surprisingly---naskah barunya kelar duluan! Setelah itu, saya balik lagi ke naskah pertama dan berhasil menyelesaikannya juga, meskipun butuh waktu lebih lama.
Dari pengalaman itu, saya jadi berpikir: selingkuh naskah itu sebenarnya bukan sepenuhnya kesalahan. Kadang, kita memang butuh "main" sebentar ke ide lain untuk jaga semangat nulis. Kalau terus maksa nulis satu cerita yang udah bikin bosan atau nggak ada gregetnya lagi, bisa-bisa mood hancur dan kita malah jadi malas nulis sama sekali. Jadi, kalau ide baru datang dan kita merasa lebih klik, kenapa nggak dicoba dulu?
Banyak penulis pemula merasa bersalah saat mengalami ini. Mereka takut dibilang nggak konsisten atau terlalu mudah terdistraksi. Padahal, menulis itu proses kreatif, dan proses itu nggak selalu lurus. Kadang kita memang harus belok-belok dulu, mampir ke ide lain, baru bisa nemu arah yang tepat. Jadi menurut saya, "selingkuh" dalam menulis itu nggak seburuk kedengarannya, asal tahu batas dan tetap balik ke komitmen awal.
Yang jadi masalah adalah kalau kita terus-menerus terjebak dalam lingkaran naskah baru tanpa pernah menyelesaikan satu pun. Nah, ini yang harus diwaspadai. Menulis memang harus pakai hati, tapi menyelesaikannya butuh disiplin dan konsistensi. Kreatif itu penting, tapi kalau nggak pernah tuntas, ide sehebat apa pun akan tetap jadi draft yang nggak pernah dibaca orang lain.
Terus gimana caranya biar kita nggak terus-terusan jadi pelaku "selingkuh naskah"? Ini beberapa tips yang biasanya saya terapkan agar tetap bisa nulis dengan komitmen:
1. Buat daftar prioritas naskah
Urutkan mana yang paling ingin diselesaikan dulu. Jangan langsung lompat ke ide baru tanpa mikir panjang. Kasih target realistis buat setiap naskah.
2. Catat semua ide baru
Jangan langsung dijadikan proyek. Cukup dicatat di jurnal atau notes HP. Kalau nanti memang ide itu masih terasa kuat dan menarik, baru dikerjakan.
3. Beri jeda, bukan menyerah
Saat mulai jenuh, bukan berarti harus ditinggal selamanya. Mungkin kamu cuma butuh break sehari dua hari. Kadang setelah rehat, ide lama jadi terasa segar lagi.
4. Tentukan jam menulis harian
Nggak usah muluk-muluk. Konsisten nulis 500 kata per hari udah cukup banget buat menjaga alur tetap berjalan.
5. Cari teman nulis
Gabung di komunitas, ikut tantangan menulis bareng, atau sekadar cerita soal progress kamu bisa jadi motivasi tersendiri. Jangan nulis sendirian terus.
6. Ingat kenapa kamu menulis cerita itu
Setiap ide pasti punya alasan kenapa dulu kamu jatuh cinta sama ceritanya. Ingat lagi alasan itu supaya semangatnya balik.
Pada akhirnya, selingkuh naskah itu bukan segalanya. Kadang, justru dari ide baru itu kita nemu semangat lagi untuk menulis. Yang penting, jangan lupa untuk kembali. Karena naskah yang selesai, walaupun butuh waktu bertahun-tahun, tetap lebih berharga daripada seribu draft yang terbengkalai. Jadi, buat kamu yang lagi merasa bersalah karena ninggalin naskah lama demi ide baru: santai aja. Kamu nggak sendiri. Asalkan kamu tetap punya komitmen terus menulis, tetap punya niat buat menyelesaikannya, dan tahu kapan harus "balik ke rumah".Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI