[caption caption="debit air ketika banyak.smbr gbr.santosa.blogsport.com"][/caption]
Simpang siur tentang tepatnya alamat curug Mandala yang ada di Cilacap membuat saya penasaran dan mengunjunginya awal tahun yang lalu. Menurut si mbah Google ada yang mengatakan letak curug Mandala berada di Kecamatan kesugihan desa Dondong ada juga yang mengatakan berada di Kecamatan Jeluk Legi desa Mandala. Dua tempat yang jelas berbeda masa iya punya curug yang sama, akhirnya karena penasaran tentang curug Mandala saya coba telusuri deh lokasinya. Berhubung belum tahu medan yang akan dituju dan masih juga mencari-cari alamat jelasnya jadi kami memutuskan untuk naik motor saja, selain bisa nyalip-nyalip naik motor juga bisa lebih cepat kalau kesasar bisa cepat putar arah.
Kami coba melalui jalur Jeruk Legi dari kota cilacap menyusuri jalana yang terbilang halus dan mulus setelah melewati pombensin, bandara tunggul wulung dan lapangan golf tak jauh dari ketiga lokasi yang saya sebutkan tadi ada sebuah plang petunjuk arah yang sudah usang nyaris tak terbaca. Persis sebrang-sebrangan dengan plang tersebut ada sebuah minimarket yang tak asing lagi yaitu Alfamart. Alfamart tersebut berada dipersimpangan tiga dan disebelahnya adalah jalanan menuju ke curug Mandala.
[caption caption="dokpri"]

Setelah ambil kanan dan berbelok melewati Alfamart tersebut kamipun menyusuri jalanan tersebut. Awalnya jalan ditempat itu mulus namun lama-lama jalanan banyak yang berlubang rusak parah. Melihat jalanan yang seperti ini bikin saya batin "Ahhh ternyata jalanan yang mulus hanya punya orang-orang Cilacap yang tinggal di kota saja". Benar saja sepanjang jalan bukannya tambah apik nih tambah ancur. Baru setelah lebih dari 15 menit kami menemukan jalanan yang halus lagi. Saat itu kami pikir jangan-jangan salah jalan karena setelah jauh berjalan kami belum juga menemukan plang petunjuk arah kembali. Berhenti sejenak dan bertanya pada pemilik bengkel dipinggir jalan ia mengatakan setelah menemukan gardu perlintasan kereta api disebelah kiri maka dari tempat tersebut lurus saja. Benar saja di persimpangan itu ada sebuah plang petunjuk arah yang usang dan nyaris tak terbaca.
[caption caption="dokpri"]

Setelah yakin kamipun melewati sebuah gardu perlintasan kereta api jalan terus mengikuti jalanan tersebut. Dan lagi-lagi kami menemukan jalanan yang keadaanya jauh lebih parah, banyak sekali warung-warung kecil dipinggir jalan. Kamipun nyaris putus asa karena merasa kesasar lagi karena petunjuk arah juga tak ada. Setelah lebih dari 20 menit perjalanan sampai lah disebuah jalanan yang cukup curam ketinggiannya dengan lubang dimana-mana. Dari ketinggian tersebut terlihatlah nun jauh dibawah sana hamparan pantai di kota Cilacap. Melewati sebuah gapura bertuliskan Desa Mandala kami berpikir wah nih jangan-jangan tempatnya sudah dekat.
[caption caption="dokpri"]

Untuk mencapai desa Mandala saya sarankan untuk ekstra hati-hati karena jalanan yang curam dan lubang disana-sini agak ngeri dan cukup ekstrim. Jika jalananya halus mungkin tak mengerikan seperti itu. Saya hanya sempat membayangkan bagaimana jika motor tak kuat keatas mungkin akan terperosok mundur.
Tapi anehnya ketika kami berhenti saya melihat ada sebuah motor jadul yang dimodifikasi terparkir di pinggir jalan yang curam. Lihatnya sampai batin gimana caranya ya kok nih motor bisa sampai ditempat ini.
[caption caption="dokpri"]

Si kecil yang bersama saya agak takut juga melihat jalanan yang terjal seperti itu, akhirnya kami memutuskan untuk berhenti sejenak disebuah warung didepan kantor kelurahan Mandala. Sambil menenangkan si kecil yang ketakutan kamipun bertanya pada pemilik warung seberapa jauh kah curug Mandala tersebut dan bagaimana jalanan setelah ini apakah lebih parah atau lebih lumayan dibandingkan jalanan dibawah sana.
[caption caption="dokpri"]

Bertemu dengan pemilik warung yang bernama mb Siti ternyata orangnya ramah sekali, dari keterangannya lah akhirnya kami tahu bahwa curug tersebut ternyata masih jauh dan jalanannya juga gak kalah jelek dari dibawah. Mendengar keterangannya kami memutuskan untuk istirahat sebentar membeli minuman dan beberapa makanan kecil sayapun coba tanya. Si mba yang ternyata merupakan orang Kroya tinggal bersama mertuanya di desa Mandala ini sementara suaminya bekerja diluar negri ia pun mengurus warung bersama mertuanya.
Dari keterengan si mb Siti ia menuturkan bahwa menurut orang-orang jaman dulu yang diceritakan turun temurun oleh orang-orang di desa Mandala curug Mandala dulunya terbentuk karena Bom Belanda saat penjajahan jaman dulu. Tentara Belanda pernah melemparkan bom di tempat tersebut yang memang disitu ada sumber mata air hingga terbentuklah sebuah curug. Jadi air terjun tersebut terbentuk bukan secara alami seperti halnya curug-curug yang ada di daerah lain. Tapi terbentuk karena bom yang mengenai mata air diatas perbukitan tersebut.
Walaupun tak alamai curug Mandala tetap terlihat menarik, namun debit air yang keluar dari curug tersebut tetap di pengaruhi oleh cuaca. Jika dimusim hujan maka debit air banyak namun dimusim kemarau debit air menjadi sedikit. Namun walaupun sedikit setiap hari sabtu dan minggu banyak orang yang datang bahkan kata mb Siti sering juga kok ada bule yang sampai di Curug ini. Saya sempat terkejut Wahhhh bule dari luar negri bisa sampai datang kesini dari mana mereka tahu ya ada curug di Cilacap ini? Iya bu, sering juga saya lihat, mungkin dari kemajuan informasi internet bu. "Oh iya bisa juga" gumam saya
Bagaimana dengan orang Cilacap sendiri? Saya yakin tak banyak yang tahu bahwa di Cilacap ada sebuah curug yang menarik. Karena pemerintah sendiri tak memperhatikan objek wisata tersebut, buktinya plang petunjuk arah saja nyaris tak layak pasang lagi tapi tetap dipertahankan. Ditambah lagi kondisi jalanan menuju tempat ini yang gak banget deh. Jika bukan karena penasaran akan keindahan curug ini saat saya melihat di mbah google mungkin saya gak akan datang jauh-jauh ke curug Mandala ini.
[caption caption="dokpri"]

Saya coba tanya sama si mba bagaimana mata pencaharian warga sekitar, karena melihat kondisi desa yang seperti ini sepertinya mereka bukan sebagai pegawai atau jangan-jangan banyak orang yang kerja keluar negri daripada berjibaku membesarkan desanya. Mb Siti mengajak saya berdiri melihat bukit tinggi yang berada dihadapan kami "coba bu lihat bukit itu! sebagian bukit itu merupakan tanah warga yang ditanami jagung, ubi jalar, pohon pisang ada juga yang punya kebuh kelapa. Tapi sekarang kelapa sedang susah. Ada juga yang memelihara ternak seperti kambing. Penduduk disini ada 4 desa dan kebanyakan semuanya adalah keluarga jadi kalau ada acara rame banget. Karena antara keluarga yang satu dengan yang lain ada hubungan kekerabatan. Bisa jadi cucu yang ini nikah dengan cicit yang itu." ucap mb Siti menerangkan
[caption caption="dokpri"]

Mb siti juga menerangkan bahwa ada lagi sebuah curug yang didesa ini yang lebih tinggi tapi jalanan yang mesti dilalui seperti hutan karena belum banyak orang yang tahu. Nama curugnya adalah curuk Plesing, sayangnya curug ini tak banyak yang tahu ditambah lagi pemerintah daerah memang tidak memperkenalkan keberadaan curug tersebut. Oh pantas saja tak ada plang petunjuk arah yang menerangkan kalau ada Curug Plesing. Padahal saya yakin jika pemerintah daerah serius memperkenalkan kedua curug tersebut kepada halayak ramai pastilah ini menjadi objek wisata yang patut diperhitungkan. Mungkin nih karena Cilacap sudah punya pantai teluk penyu dan benteng pendem peninggalan Belanda jadilah objek wisata yang lainnya tak diperhatikan.
Dimana-mana kalau ada curug pastilah kondisi suhu ditempat tersebut kebanyakan dingin, adem dan sejuk tapi di desa Mandala walaupun ada curug suhunya terbilang biasa saja tidak sejuk dan tidak panas. Bisa jadi karena nih curug adalah hasil campur tangan yang tak sengaja dari penjajahan Belanda jaman dulu, karena sebuah bom yang harusnya mengenai pejuang nih malah meleset mampir di bukit tersebut yang mengakibatkan muncrat dan keluarnya sumber mata air dari bukit tersebut. Jadilah suhu di desa ini memang tak adem dan tak dingin. Setelah ngalor ngidur tanya sana tanya sini dan warung mb Siti juga semaki rame didatangi para sedulur (saudara) akhirnya kami puntuskan untuk menyusuri curug Mandala.
[caption caption="dokpri"]

Melewati jalanan yang berbatu kadang menemukan jalanan yang masih tanah sesekali kami berpapasan dengan anak-anak muda yang pulang dari curug. 20 menit sudah menyusuri jalanan yang jelek banget akhirnya bertemu juga dengan sebuah gardu yang kondisinya juga sudah tak layak pakai. Gardu ini mungkin tadinya digunakan sebagai tempat loket namun siapa yang mau jaga loket kalau tempatnya saja seperti itu wisss mana betah.
[caption caption="dokpri"]

Dari tadi tak ada yang jaga kata sekelompok anak muda yang pulang dari curug jadilah siapapun yang datang ketempat ini bebas keluar masuk tanpa harus membayar. Jelas saya seneng kalau harus gratis tapiiii pantaslah jika nih lokasi wajib gratis karena sesuai dengan kondisi yang tak terawat, mana ada sih yang mau bayar kalau kondisinya saja memprihatinkan.
Saya perhatikan keadaan sekitar dengan alamnya yang asri pepohonan dimana-mana sungguh menghirup udara yang bersih seperti ini jelas banyak yang mau. Jikapun harus bayar tak menjadi soal sayangnya tempat wisata seperti ini dibiarkan tanpa ada yang mengelola dan tanpa ada yang merawatnya. Harusnya nih ya? pemerintah daerah melibatkan masyarakat sekitar untuk bekerjasama melestarikan dan merawat tempat tersebut. Padahal ada sebuah kantor kelurahan ditempat ini, weeeh kerjanya apa ya mereka? masa gak tahu kalau didaerahnya ada peluang untuk bisa mengangkat perekonomian desanya dari sektor pariwisata. Sayang sekali potensi wisata yang terabaikan -_-
[caption caption="dokpri"]

Dari gardu loket yang tak terurus motor harus diparkir didekat tempat tersebut karena jalanan yang berundak-undak dari semen ataupun dari tanah asli membuat motor tak bisa digunakan kecuali motor trek-trekan. Setelah menyusuri jalanan naik turun hingga 5 kali barulah ketemu air terjun yang dituju. Jalan kira-kira 10 menit lebih barulah sampai sayangnya debit air terjun sedang tak banyak tapi banyak banget anak-anak muda yang sedang mandi. Melihat kondisi lokasi yang tak terawat membuat saya prihatin "Sayang sekali, tempat yang harusnya apik karena tak ada yang memperhatikan jadilah begini...... terlantarrr"
[caption caption="dokpri"]

Puas melihat air terjun Mandala kamipun pulang dengan menyisakan keprihatinan yang mendalam. "mereka tak tahu padahala ini merupakan peluang mereka memajukan desanya dari sektor wisata, tinggal dipoles, dipermak, buat toilet, dibersihkan, dirapihkan, dirawat, jalanan dihaluskan. Saya jamin curug Mandala lebih dikenal lagi dan curug Plesing yang terabaikanpun bisa diperkenalkan.... Orang Clacap jadi gak usah jauh-jauh pergi lihat curug di kota lain karena di kotanya sendiri ada curug yang gak kalah apiknya dari curug dikota lain.
Jadi inget slogan Cilacap "Bangga Mbangun Desa" moga slogan ini bukan hanya manis dibibir saja tapi bisa jadi inilah slogan yang bikin anak muda Cilacap bahu membahu memajukan desanya.
Berhubung saat datang debit air dicurug tak banyak jadilah untuk pic yang atas saya ambil dari mbah google. Waktu terbaik datang kecurug adalah dimusim hujan jadi bisa lihat debit air curug yang banyak.
Salam Sya, 2016.03.28
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI