Mpok Siti Laela menuturkan saat ini kebudayaan Betawi di Terogong perlahan terkikis oleh kemajuan jaman, terlebih di kawasan Kampung Terogong. Kawasan ini telah berubah menjadi kawasan perumahan elit.
Pada awalnya penduduk kawasan Terogong adalah memang pebatik, mereka mengambil bahan kain dari Palmerah untuk membatik. Sangat miris memang, dengan adanya kondisi bahwa sangat jarang warga Jakarta masa kini yang mengenal Batik Betawi. Padahal Batik Betawi sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda.
Walaupun mpok Siti Laela, pada saat itu, termasuk murid yang sangat sulit diajari membatik, namun beliau tetap berusaha memguasai teknik dan cara membatik dengan benar.
Sampai pada akhirnya, wanita yang juga berprofesi sebagai guru bahasa Inggris disebuah SMK ini, memutuskan untuk mendirikan Sanggar Batik Betawi Terogong di tahun 2012.
Begitu besar kecintaan mpok Siti Laela terhadap budaya Betawi, dan sangat ingin memberdayakan wanita Betawi di Kampung Terogong ini. Pemerintah melalui Dinas Kebudayaan mendatangkan perajin batik dari Pekalongan, untuk mengajarkan seni membatik pada keluarga mpok Siti Laela selama 3 bulan untuk bisa membatik dengan baik dan benar.
Walaupun minim dukungan, mpok Siti Laela dengan giatnya berusaha untuk mengajak sesama wanita warga Kampung Terogong untuk menjadi perajin Batik, walaupun sulit, dan dengan berbagai alasan bagi warga lokal setempat menjadi orang kantoran jauh lebih menjanjikan dibandingkan menjadi perajin batik.
"Tantangan terbesar yang dirasakan oleh mpok Siti Laela ini adalah sulitnya mencari sumber daya manusia (sdm) yang benar-benar mau belajar dan menggeluti batik Betawi" ujar mpok Siti Laela
Seiring berjalannya waktu, berkat kegigihan niat dan usaha Mpok Siti Laela memberdayakan wanita setempat, Alhamdulillah saat ini sudah ada 15 orang yang aktif menjadi perajin Batik Betawi Terogong.
Lestarikan Batik Betawi Terogong