Mohon tunggu...
Lailatul Maulida
Lailatul Maulida Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Seorang Penulis Buku dan Blogger. Mahasiswi S2 / Magister Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Universitas Gadjah Mada

Selanjutnya

Tutup

Diary

Tidak Ada yang Percuma

6 Februari 2021   22:44 Diperbarui: 6 Februari 2021   23:11 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sesekali manusia terlibat dalam perjalanan sepi yang panjang. Menempuh ramai sendirian pun menggelepar bersama sepi yang riuh berbunyi. Apakah manusia juga mengilhami setiap harapan supaya bisa menemukan sebuah sandaran yang tidak istimewa tapi selalu ada? Tidak selalu sempurna tapi hal-hal baik disimpan rapi atas dirinya.

" kayaknya kalau semua udah baik-baik aja, engga perlu ada yang dibilang percuma ya "

Tidak ada hakim yang bijak selain waktu kan? Sudah repot-repot membasuh kesalahan masa lalu supaya hari ini berdiri tegap dengan semua pelajaran baik. Kenapa tidak ada yang percuma? Ya karena semua sudah ada porsinya. Jatah untuk jatuh, gagal, patah, kecewa, sampai senang sudah diatur. Untuk tetap ada di masa sekarang, kembali ke masa lalu, atau ber angan untuk lari ke masa depan cuma perkara menolak atau menerima. Tidak ada yang sia-sia. Dulu pernah bahagia sama-sama, jadi mungkin ini sisanya. Dulu pernah merasa kehilangan, sekarang ada gantinya. Dulu pernah merasa patah, sekarang punya alasan untuk tidak gampang menyerah. Dulu ada banyak cerita, sekarang waktunya ambil semua pelajaran baiknya. Jadi tidak ada yang percuma kan?

Kalau mau menyalahkan diri sendiri, mau pulang ke mana supaya rumah tetap mau menerima ia yang bersalah? Kalau mau selalu sejalan tidak ada beda, mau menuntun kepala kemana supaya selalu sama isinya?

Kalau semua sudah baik, boleh tidak merayakan ini dengan menerima semua isi di dalamnya? Yang baik itu baik, yang engga baik pun menyimpan hal baik. Kepala melihat ke arah mana kita memandang, lalu hati menuntun kita kesana. Sedang berjalan atau hampir sampai, tidak perlu ada yang diperdebatkan. Kalau ternyata dunia cuma soal baik dan tidak. Siap dan tidak siap. Menolak dan menerima. Jalan dan berhenti. Datang dan kembali.

Hilang juga sedang cari tujuan kaki untuk bisa kembali pulang. Tidak ada yang percuma, coba tanya apakah perasaan kita memandang sesuatu cuma karena ia berwarna? Bagaimana kalau isinya abu-abu? Bagaimana kalau jauh dari mau kamu?

Kalau semua sudah baik, dijaga ya. Nanti kalau sudah hilang, jarak antara kata percuma dan sia-sia jadi tidak kelihatan sisi baiknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun