Mohon tunggu...
Laila Nurul Ahna Fayumi
Laila Nurul Ahna Fayumi Mohon Tunggu... Mahasiswa

Punya kepribadian ganda dengan pemikiran masing masing Motto hidup diambil dari hikmah kehidupan Belajar dari kehidupan berusaha untuk masa depan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Aktivitas Coding Anak Usia Dini

15 Mei 2025   20:32 Diperbarui: 15 Mei 2025   20:32 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

LAILA NURUL AHNA FAYUMI, Muhammad Nofan Zulfahmi, M.Pd.

Anak usia dini merupakan masa awal yang paling penting dan mendasar dari pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Bahkan Hurlock menyatakan bahwa masa usia prasekolah (3-6 tahun) merupakan periode keemasan (golden age) dalam perkembangan anak (Eko, S., 2022). Masa anak usia dini adalah tahap penting dalam kehidupan seseorang. Pada periode ini, anak mengalami perkembangan pesat yang menjadi dasar untuk pertumbuhan di masa depan. Hubungan dengan keluarga dan interaksi dengan orang-orang terdekat  memainkan peran utama dalam membentuk keterampilan sosial anak. Demikian juga proses sosial ini dapat membantu perkembangan kognitif anak. Sebagai contoh, anak bisa belajar memahami pola, mencari solusi, dan berkomunikasi dengan orang lain.

Hal ini sesuai dengan Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 Pasal 10 tentang Standar Nasional PAUD menetapkan bahwa terdapat enam aspek perkembangan anak yang harus diperhatikan yaitu nilai-nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, aspek sosial emosional, dan seni. Aspek kognitif tersebut mencakup kemampuan berpikir kritis, mampu memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan baru. Berpikir kritis dengan kemampuan anak untuk memahami, menganalisis, dan mengevaluasi informasi dengan lebih mendalam. Kemampuan untuk berpikir kritis dibentuk oleh metode belajar di usia dini dengan pendekatan metode HOTS (High Older Thinking Skills).

Menurut Salmiati (2020) mengemukakan bahwa teori HOTS ini dikarenakan pada usia 0-8 tahun, anak berada dalam tahap perkembangan otak yang sangat pesat. Masa dimana anak menyerap informasi dengan cepat dan mulai memahami dunia di sekitarnya. Pembelajaran yang didapat dalam tahap ini masih mendasar dan terus berkembang seiring waktu. Metode HOTS (Higher Order Thinking Skills) bertujuan untuk melatih anak untuk menerapkan pengetahuan yang mereka terima dalam kehidupan sehari-hari. Cara ini, anak tidak hanya mengingat informasi, tetapi juga belajar untuk berpikir kritis, menganalisis situasi, dan menemukan solusi dari berbagai tantangan. Kemampuan berpikir kritis yang tinggi ini akan membantu anak membentuk karakter yang kuat, mengembangkan kecerdasan emosional, memahami berbagai perspektif, serta membangun pengetahuan yang lebih mendalam.

Stimulasi perkembangan berpikir kritis, logis, dan aspek kognitif lainnya dilakukan melalui kegiatan bermain. Konteks pembelajaran coding, bermain tetap menjadi pendekatan utama seperti dengan bagaimana anak belajar konsep lain di sekolah.  Fokusnya lebih pada pemahaman dasar tentang coding, seperti pola, urutan, dan pemecahan masalah. Menerima pembelajaran pengkodean yang efektif, Perlu disesuaikan menggunakan usia anak, menggunakan media dan mempelajari sumber pembelajaran yang tersedia di lembaga PAUD. Semisal anak yang lebih kecil bisa mulai dengan permainan sederhana seperti menyusun urutan gambar atau memberi instruksi kepada teman dalam bentuk kode gerakan. Menekankan pembelajaran berbasis eksplorasi, maka kegiatan coding bisa dilakukan melalui permainan kreatif dengan kode atau kartu bergambar (Ilfina, 2021).

Istilah coding dimaknai secara luas. Mengacu pada kegiatan yang merangsang pola pikir anak, berpikir kreatif, bekerja sama, dan cara berkomunikasi anak yang dikenal dengan istilah plugged coding. tetapi juga termasuk aktivitas pembelajaran coding secara keseluruhan tanpa menggunakan perangkat komputer yang dikenal sebagai istilah unplugged coding. Pembelajaran coding dijelaskan sebagai upaya sadar dan terencana dalam mewujudkan kepribadian peserta didik, baik sikap, pengetahuan, maupun keterampilan yang terkait dengan praktik dan kegiatan coding sejak usia dini. (Hasbi dkk., 2020).

Aktivitas bermain yang menyenangkan untuk anak-anak karena membantu belajar memecahkan masalah dengan cara yang lebih sistematis. Saat anak memahami dan menulis kode, anak tidak hanya belajar melalui teknologi, tetapi juga mengembangkan pemikiran yang lebih terstruktur. Mempelajari coding pada usia dini memiliki banyak manfaat untuk perkembangan kognitif anak. Proses memahami dan menulis kode tidak hanya belajar tentang teknologi, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir yang lebih kompleks. Beberapa aspek termasuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis yang mendorong anak untuk berpikir secara logis dan sistematis. Jika seorang anak memecahkan masalah dalam kode, dengan menganalisis permasalahan serta memahami cara terbaik untuk menyelesaikannya, dan menggunakan logika untuk membuat instruksi sehingga program dapat berjalan sesuai harapan. Peran guru dan orang tua sangat penting dalam proses ini. Anak-anak membutuhkan bimbingan untuk memahami konsep coding dengan cara yang lebih sederhana dan menyenangkan. Selain bermain game digital secara pasif, anak-anak juga dapat menghabiskan waktu luang dengan membuat proyek sederhana yang bisa melatih kemampuan berpikir dan kreativitas (Hazimah,2023).

Implementasi coding kids dengan melalui beberapa tahapan yaitu tahap persiapan, tahap ini, anak dikenalkan dengan konsep dasar coding melalui permainan dan aktivitas yang menyenangkan. Misalnya, anak bisa belajar tentang pola dan urutan melalui kartu bergambar atau permainan gerakan. Tahap pelatihan, setelah mengenal dasar-dasar coding, anak mulai berlatih dengan aktivitas yang lebih menantang. Anak bisa diminta untuk membuat instruksi sederhana, seperti memberi pesan dalam sebuah cerita interaktif. Tahap ini, anak akan belajar bagaimana menyusun logika, memahami urutan perintah, dan menyelesaikan masalah melalui pendekatan kreatif. Tahap evaluasi bertujuan untuk melihat seberapa anak memahami konsep yang telah dipelajari. Evaluasi dilakukan dengan cara yang menyenangkan, seperti mengajak anak mempraktikkan kode yang mereka buat di sebuah permainan dalam aktivitas coding. Implementasi ini mencakup tidak hanya mengembangkan keterampilan teknis, tetapi juga bagaimana anak menggunakan pemikiran kritis, kreatif, dan kerjasama dalam proses pembelajaran. Coding ini akan memberi ruang dan melatih anak dalam mengembangkan beberapa keterampilan dasar sebagai dasar mengembangkan kemampuan literasi (Suhendro, 2022).

DAFTAR PUSTAKA

Hasbi, dkk. (2020). Konsep Pembelajaran Coding Serta Peran PTK, Orang Tua, Mitra dan Komunitas Dalam Penerapan Pembelajaran Coding di Satuan PAUD. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Hazimah, N.N. (2023). Analisis Kemampuan Computational Thingking dengan Menggunakan Pembelajaran Coding Pada Anak Usia Dini. Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun