Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Sensasi Audit Petral dan Mafia Migas yang Bergeser dari Petral ke ISC Pertamina

12 November 2015   19:23 Diperbarui: 13 November 2015   09:36 4004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi: Shutterstock | Admin"][/caption]Audit Petral yang dilakukan lembaga auditor Kordha Menta telah selesai. Hasilnya menyatakan bahwa pertama, kebijakan Petral dalam proses pengadaan minyak, telah membuat harga minyak selangit. Kedua, informasi rahasia Petral kerap bocor terutama terkait pasokan, harga dan volume. Ketiga, adanya pihak eksternal (pihak ketiga) di bisnis Petral yang mempengaruhi proses bisnis tersebut dalam hal pengembangan bisnis.

Dari hasil audit terhadap Petral itu dapat disimpulkan  bahwa pembubaran Petral yang dilakukan oleh Jokowi sangat tepat. Setelah Petral dibubarkan, maka ada penghematan hingga US$ 400 juta. Namun yang menjadi pertanyaan besar adalah mengapa hanya Petral yang diaudit? Mengapa tidak sekaligus ISC (Internal Supply Chain), salah satu divisi bisnis Pertamina ikut diaudit? Bukankah ISC bersama Petral ikut dalam pusaran permainan mafia minyak?

Setelah Petral dibubarkan bulan Mei yang lalu, pemerintah  kemudian menunjuk ISC Pertamina  sebagai penggantinya. Sebelumnya ISC sudah sejak tahun 2008 bekerja sama dengan Petral dalam bisnis minyak. Nah di sinilah letak masalahnya. Pasalnya keberadaan ISC tersebut sampai sekarang masih tidak jelas. Semua tender dilakukan secara tertutup. Peserta dan mekanisme tendernya tak jelas.

Sampai sekarang ISC belum pernah diaudit. Biaya pembentukan dan operasionalnya juga belum pernah diungkap. Selain itu, mekanisme dan peserta tender ISC pun masih tertutup rapat. Pimpinan Pertamina hanya menyebut bahwa peserta tender ISC lebih variatif. Hal lain yang tak kalah penting untuk dipertanyakan adalah ketertutupan terkait perbandingan harga beli minyak yang dilakukan oleh ISC dengan Petral. Ketertutupan ini membuat berapa sesungguhnya dana yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk membeli setiap barel minyak mentah pasca Petral dibubarkan, tak jelas.

Pembubaran Petral jelas telah memberi peluang kepada ISC untuk melakukan pembelian langsung minyak di luar negeri. Dengan demikian semakin terbuka kemungkinan bagi ISC untuk menyalahgunakan dan menyelewengkan tugas dan wewenang yang dimilikinya. Banyak orang yang belum mengerti bahwa ISC di Pertamina merupakan  sarang tawon baru dan tempat para mafia minyak bermain.

ISC yang dibentuk tahun 2008 secara struktur berada dan hanya bertanggung jawab kepada Dirut Pertamina. ISC berfungsi mengatur dan menentukan volume, harga, jenis minyak mentah dan BBM setiap hari yang harus diimpor. ISC-lah yang mengesekusi pembelian produk-produk kilang seperti LSWR, Decant Oil, Vacum Redidu, Green Coke, Kerosen, Naftha, dan lain-lain yang sebelumnya melalui  Petral di Singapura.

Wewenang ISC yang ‘luar biasa’ dapat memerintahkan eksekusi BBM, volume dan harga untuk pembelian BBM dan penjualan produk-produk kilang per hari dari dan ke luar negeri. Transaksi ISC setiap hari bisa mencapai 100-150 juta dollar. Faktanya setiap memo instruksi-instruksi yang dikeluarkan ISC tidak transparan dan diketahui publik. Tentu saja dengan wewenang luar biasa dan tanpa control yang ketat oleh Direksi, pengawas internal dan eksternal, cenderung dapat disalahgunakan untuk merampok keuangan negara.

Dari fakta-fakta di atas maka keberadaan ISC di Pertamina sampai sekarang merupakan tanda tanya besar. Para petinggi di sektor Migas hanya menyebut bahwa pembentukan ISC sebagai pengganti Pertamina Energy Trading Limited (Petral) telah membuat Pertamina makin efisien. Sementara itu, tudingan bahwa Petral sebagai pemborosan karena dikuasai oleh mafia Migas terus ditebar oleh para petinggi Migas. Nama Muhammad Riza Chalid pun kian menjulang sebagai pejahat Migas.

Pernyataan bahwa ada penghematan ratusan juta dollar yang disebut oleh Dirut Pertamina masih sangat layak dipertanyakan. Demikian pula pernyataan bahwa ISC lebih effisien dan bersih ketimbang Petral. Apalagi sampai sekarang pemerintah juga menolak untuk menyatakan secara resmi siapa mafia Migas yang dimaksud dan hanya berkoak-koak bahwa jika ada indikasi kerugian negara atau ada indikasi pelanggaran hukum akan dilaporkan kepada aparat hukum.

Faktanya, sampai sekarang pemerintah belum melaporkan kepada penegak hukum tentang temuan audit Petral. Apakah ISC juga sebetulnya sama bobroknya dengan dari Petral?  Melihat ISC adalah rekan bisnis Petral sebelumnya maka sudah sepantasnya kalau banyak yang curiga terhadap ISC. Ada kemungkinan bahwa sesungguhnya audit Petral hanya muslihat untuk memukau masyarakat bahwa pemerintah serius dalam memberantas mafia Migas.

Kecurigaan atas hasil audit Petral menjadi semakin menjadi tanda tanya dengan keluarnya pernyataan Menteri ESDM, Sudirman Said yang berkontradiksi dengan pernyataan Pertamina. Sudirman mengatakan ada kerugian negara hingga 18 miliar dolar AS. Sementara Pertamina mengatakan bahwa sama sekali tidak ada kerugian negara. Lalu ada lagi kejanggalan terkait audit Petral itu yang hanya dilakukan tahun 2012-2014.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun