Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

5 Skenario Tekanan Politik

21 Mei 2020   20:13 Diperbarui: 22 Mei 2020   12:37 5557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
7 Arahan baru Jokowi terkait Covid-19 (Kompas.com)

Para lawan Jokowi menunggu dan terus menunggu moment pemantik kerusuhan. Ketika kerusuhan sosial mulai meletus, maka lawan-lawan Jokowi siap menyiram bensin untuk membesarkannya. Kerusuhan 1998 adalah awal kejatuhan kedigdayaan Soeharto yang puluhan tahun tak tergoyahkan. Hal yang sama dicoba diulangi untuk melengserkan Jokowi di tengah jalan.

Jokowi  paham benar situasi ini. Jangan heran, aparat keamanan begitu reaktif kalau ada berita ajakan menjarah di medsos. Pelaku langsung diburu dan dicokok tanpa ampun. Pihak yang mencoba memprovokasi situasi, langsung dipadamkan dengan kekuatan penuh. Mengapa? Agar tidak menyebar kemana-mana.

Skenario ketiga adalah tuduhan PKI. Publik pikir, tuduhan PKI ini akan padam setelah Pilpres. Ternyata tidak. Isu TKA China, dan China Komunis terus digoreng. Perhatikanlah. Kata ‘China’ terus digaris-bawahi. Mengapa kata ‘China’ terus digoreng? Ada dua alasan.

Pertama, untuk menakut-nakuti keturunan China yang notabene menguasai perekonomian Indonesia. Jika mereka takut dan tidak percaya lagi kepada Jokowi, maka duit mereka akan dibawa deras ke luar negeri. Jika hal itu terjadi, maka perekonomian akan ambruk seketika. Ingat pengusaha keturunan China menguasai 75 persen perekonomian Indonesia.

Sehebat apapun Jokowi mempertahankan ekonomi Indonesia, jika pengusaha keturunan China tidak lagi percaya akan keamanan mereka, maka mereka akan ramai-ramai keluar Indonesia. Jika hal itu terjadi,  maka ekonomi Indonesia langsung ambruk. Ingat ketika kerusuhan 1998. Mengapa ekonomi Indonesia saat itu ambruk? Dimulai dengan kerusuhan anti China. Lalu pengusaha China kabur ke luar negeri bersama duit mereka. Apa yang terjadi, ekonomi langsung ambruk. Dan pada saat itu, momen pemunduran Jokowi tiba.

Kedua, untuk membuat musuh bersama. Para lawan Jokowi sebetulnya tidak kuat-kuat amat. Mereka juga rapuh. Oleh karena itu, mereka membutuhkan musuh bersama. Tanpa musuh bersama, maka mereka sendiri akan terpecah-pecah. Nah, Jokowi diframing bagian dari antek China. Dengan demikian Jokowi adalah musuh bersama yang dapat memperkuat persatuan di antara mereka.

Dengan menguatnya framing Jokowi antek China, ditambah ekonomi ambruk, isu TKA China masuk dan menguasai Indonesia, maka kaum mahasiswa akan terpancing turun di jalan. Inilah tujuan sebenarnya. Demo 1966 yang menurunkan Soekarno dan 1998 menurunkan Soeharto, dipelopori oleh mahasiswa. Jika mahasiswa berhasil dipancing, maka pemerintahan Jokowi bisa goyah.

Jadi lawan Jokowi terus memancing mahasiswa agar turun. Tanpa mahasiswa mereka kurang kuat. Nah, bagaimana supaya mahasiswa di seluruh Indonesia turun? Jika isu agama yang diangkat, maka mahasiswa enggan turun. Tetapi jika isu komunis, isu utang, maka diyakini mahasiswa bisa terpancing. Nah, jika mahasiswa ikut turun ke jalan mengecam Jokowi sebaga antek China, maka skenario pelengseran tinggal selangkah lagi.

Sementara itu para Purnawiran TNI yang tidak mendapat tempat di pemerintahan Jokowi membentuk barisan sakit hati. Munculnya tuntutan mundur dari Ruslan Buton, mantan perwira pertama yang dipecat dari TNI adalah contoh konkrit bagaimana para mantan perwira  yang sakit hati tak menyukai Jikowi. Mereka ingin agar Jokowi lengser. Jika ada 800 ratusan purnawirawan jenderal yang dicatut pro Said Didu Vs Luhut, itu adalah bentuk nyata barisan sakit hati para jenderal yang siap menghantam Jokowi.

Oleh karena itu, dalam kasus Said Didu, aparat  terlihat hati-hati. Aparat menunggu moment yang tepat untuk melanjutkan atau menghentikan proses hukum terhadap Said Didu. Paling tidak pemanggilan Said Didu, sudah cukup memberi peringatan bahwa fitnah tanpa dasar tidak dibenarkan oleh siapapun.

Bisa dipahami jika Menteri investasi Luhut terlihat maju mundur untuk memasukkan tenaga kerja ahli dari China dalam membangun smelter. Kadang Luhut tarik-undur. Kadang dia mengatakan TKA China masuk sesuai dengan prosedur dan di lain waktu ia tunda sampai bulan Juni-Juli atau ketika pandemi Corona selesai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun