Oleh: Rijalul Fikri
bermula dari lirih-lirih kesombongan
katanya tak ada kuasa yang mampu melawan
berbalut jubah dan mukena
hanyut dalam gelombang jumawa
merasa paling dekat dengan pemilik semesta
berbalut jas dan dasi
hasad tersedu-sedu
hidup tipu-menipu
lisan bicara keadilan
ayat dan pasal dijual
perusak dibiarkan
pejuang dimusnahkan
hutan-hutan tercemar kepentingan
sungai-sungai menjadi korban keangkuhan
gunung-gunung menjadi korban keakuan
manusia lupa untuk sadar diri
hingga Tuhan tidak bisa lagi hanya berdiam diri
lalu kini,
kita hanyalah pemangsa yang terkapar
tersungkur jatuh
kalah telak dengan banyak keadaan di luar keinginan kepala
mungkin
selama ini kita terlalu malas menghidupkan asa
atau
terlalu rakus dalam memangsa
kita lupa
pada akhirnya kita hanyalah manusia
kecil
tak ada nilai dihadapan semesta
Jakarta, 6 April 2020