Isak tangis memenuhi rumah kecil yang berada di ujung desa, nyatanya kebahagiaan Putri kali ini harus digugurkan dengan duka yang mendalam. Tepat saat hari bahagianya dan kado untuk ibu dan ayah juga menjadi kado perpisahan.
   Ibunya mengalami kelelahan setelah mengurus segala keperluan Putri untuk keberangkatan Putri ke Australia yang menerima beasiswa. Namun, hal itu tidak ditunjukkan oleh sang ibu hingga saat bersiap-siap untuk bertemu dengan putrinya. Allah lebih sayang dengan mencabut nyawanya dihari Bahagia Putri.
Diam dan tatapan kosong dari raut wajah Putri saat mengantarkan sang ibu ke tempat peristirahatan terakhirnya. Luka yang sangat sulit disembuhkan. Setelah pemakaman Putri berlutut di samping makam ibunya.
   "Ibu, maafkan Putri jika selama ini ibu ternyata kelelahan mengurusi segala keperluan Putri. Kenapa harus di hari bahagia Putri, ibu pergi. Ini janjiku bu dan impian kita bu, impian kalau Putri akan lulus dengan nilai yang bagus dan dapat beasiswa. Tapi apa, ibu sudah membuat Putri jadi ingkar janji. Bagaimana bu, bagaimana cara Putri melunasi janji Putri bu," Air matanya terus menetes, tangannya mengambil toga kemudian meletakkan di atas makam sang ibu.
   "Ini bu, kebahagiaanku ada disini. Aku yakin, ibu pasti melihatnya walau kita di alam berbeda. aku rindu ibu sekarang,nanti dan selamanya".